Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi (RTKM) Faisal Basri mengatakan, kenaikan harga BBM tersebut tak sejalan dengan rekomendasi Tim RTKM. Pasalnya, Tim RTKM meminta kepada pemerintah untuk menghapus RON 88 atau premium, bukan untuk mempertahankan premium dengan menaikkan atau menurunkan harga BBM tersebut.
"Harga minyak selama Februari naik, namun apakah penghitungan premium itu wajar. Kan premium sudah tidak ada di pasar. Kita sudah berikan rekomendasi agar pemerintah menghapus RON 88. Namun itu keputusan ada di pemerintah," ujar Faisal ditemui di kantor Sekretariat Tim RTKM, Jalan Plaju No 19, Jakarta Pusat, Selasa (3/3/2015).
Menurut dia, hal tersebut menjadi biang keladi kekisruhan karena naiknya harga BBM membuat panik masyarakat, sehingga harga barang-barang kebutuhan bakal meningkat. Di sisi lain, dengan dipertahankannya premium di pasaran membuat mafia tumbuh subur di Indonesia.
"Itulah yang menjadi biang keladi kekisruhan negara, soalnya beda harga (pembelian crude palm oil) hanya Rp200. Dan trader (pedagang minyak) dan mafia untungnya dari situ," cetus Faisal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News