Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan jumlah tersebut lebih besar dibanding ketika penerapan B20. Kebijakan B20 di tahun ini saja diklaim mempu menghemat devisa sebesar Rp43 triliun. Nicke pun optimistis di 2020, B20 bisa tersalurkan ke seluruh Indonesia.
"Manfaat yang dihasilkan di 2019 ada penghematan devisa Rp43 triliun, dengan B30 naik jadi Rp63 triliun," kata Nicke saat peluncuran, di SPBU Pertamina, di Jalan MT Haryono, Jakarta Timur, Senin, 23 Desember 2019.
Nicke mengatakan Pertamina telah melakukan langkah cepat dengan melakukan penyaluran B30 sejak November 2019 di beberapa wilayah antara lain TBBM Medan Sumatra Utara, Kilang Plaju Sumatra Selatan, TBBM Panjang Lampung, TBBM Plumpang DKI Jakarta, TBBM Balikpapan Kalimantan Timur, TBBM Rewulu Yogjakarta, TBBM Boyolali Jawa Tengah, Kilang Kasim Papua.
"Kini, Pertamina telah menyiapkan 28 TBBM sebagai titik simpul pencampuran B30, yang nantinya akan disalurkan ke seluruh SPBU millik Pertamina di seluruh Indonesia" ujar Nicke.
Untuk mengamankan suplai FAME (Fatty Acid Methyl Ester) atau minyak kelapa sawit sebagai bahan utama pencampuran B30, lanjut Nicke, Pertamina telah melakukan penandatanganan kerjasama pengadaan FAME dengan 18 Badan Usaha Bahan Bakar Nabati (BUBBN) yang ditunjuk oleh pemerintah melalui Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (KESDM).
Biosolar B30, tambah Nicke, merupakan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan karena emisi gas buang yang memiliki tingkat pencemaran yang rendah tanpa mengurangi performa kendaraan. Pertamina berharap agar masyarakat dapat memanfaatkan produk Biosolar B30 dan turut menjaga kelestarian alam melalui penggunaan bahan bakar yang ramah lingkungan.
Program B30 ditargetkan bisa mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 14,25 juta ton C02 selama 2020. Selain itu, program B30 juga ditargetkan bisa menyerap tenaga kerja tambahan hingga 1,29 juta orang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News