Deputi Pengendalian Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Muliawan mengatakan tim dari Inpex Corporation yakni operator eksisting, Kementerian ESDM, dan SKK Migas sedang mengkaji besaran investasi yang harus dikeluarkan untuk mengembangkanya.
"Itu sedang kita bedah. Tim Inpex, SKK Migas, dan ESDM lagi review lagi biaya-biaya yang harus diinvestasikan. mudah-mudahan bisa turun," kata Muliawan di Kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta, Senin (22/8/2016).
Muliawan menjelaskan, penurunan tersebut memang lumrah terjadi. Karena, menghitung pembiayaan investasi pengembangan suatu blok itu berdasarkan banyak faktor. Saat ini faktor yang paling signifikan dalam penurunan biaya tersebut adalah teknologi. Mekanisme pembangunan kilang LNG di darat (onshore) pasti menggunakan teknologi yang berbeda.
Kemudian, lanjut Muliawan, faktor kedua adalah keadaan kebutuhan jasa penunjang untuk mengembangkan wilayah kerja migas saat ini sedang berlebihan hal itu juga menjadi faktor menurunya biaya pengembangan itu sendiri.
"Faktornya, kan teknologi juga sudah berubah juga. nanti kan harga-harga juga cenderung berubah, karena saat ini keliatannya saat ini jasa penunjang ini over supply. kan harga ini kan fungsi daripada supply demand kan. nah penawarannya juga relatif rendah," jelas Muliawan.
Muliawan menambahkan, ada beberapa opsi yang sedang dikaji untuk lebih menghemat pengeluaran dalam mengembangkan blok tersebut. Salah satunya dengan menggunakan desain-desain yang sudah ada. Hal itu diyakininya juga dapat menekan cost.
"Disamping kita review lagi teknologi-teknologi yang diimplementasikan. Biar lebih pas. Karena kan untuk yang onshore kan. Termasuk apakah memungkinkan menggunakan desain-desain yang sudah ada. kalau itu kan bisa lebih mempercepat," pungkas Muliawan.
Sebelumnya, Pelaksana tugas (Plt) Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Luhut Binsar Panjaitan menyatakan, menurut perhitungan dan berdasarkan penjelasan Arcandra biaya pengembangan blok yang berada di lepas pantai Arafura itu bisa diturunkan sekitar USD15 miliar.
"Karena Arcandra memangkas cost Masela di onshore itu menjadi tetap USD15 miliar," kata Luhut.
Arcandra pernah mengatakan, yang membedakan pengembangan blok Masela adalah mekanisme pembangunan kilang. Selebihnya, seperti sumur dan anjungan migas lepas pantai serta pengolahan gas sebelum diubah menjadi LNG tetap sama seperti pengembangan melalui mekanisme offshore.
"Nah sedikit update buat teman teman, bahwa beberapa data misalnya komersial masalah cost di Masela yang dulunya di onshore sekitar agak tinggi ya, alhamdulillah bisa kita kurangi sekarang dan signifikan kurangnya," kata Arcandra.
Sekadar informasi, berdasarkan perhitungan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) bila pengembangan blok Masela digunakan dengan mekanisme kilang laut (offshore) akan memakan biaya USD14,8 miliar. Sedangkan bila menggunakan mekanisme kilang di darat akan memakan biaya USD19 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News