Ekonom Bahana Sekuritas Putera Satria Sambijantoro menilai BBM satu harga sebagai kebijakan yang populis terbilang efektif. Sebab dengan menyetarakan harga BBM untuk jenis premium dan solar di semua daerah berdampak besar bagi masyarakat golongan bawah.
Salah satu yang paling berdampak adalah di ujung timur Indonesia karena pada awalnya masyarakat harus membeli BBM seharga Rp100 ribu untuk satu liter bensin. Dengan adanya kebijakan ini, masyarakat bisa mendapatkan bensin solar seharga Rp5.150 per liter dan premium Rp6.450 per liter.
"Harga solar itu menentukan komponen harga dari nelayan sehingga saya lihat ini kebijakannya populis dan efektif karena langsung menyasar ke orang-orang miskin," kata Satria, kepada Medcom.id, Jakarta, Rabu, 17 Oktober 2018.
Apalagi, menurut dia, saat ini konsumsi BBM jenis premium dan solar kebanyakan digunakan di luar Jawa, sehingga kebijakan tersebut dipandang berdampak besar bagi masyarakat yang selama ini harus membayar mahal untuk membeli BBM.
Satria menilai kebijakan BBM satu harga dampaknya telah terasa pada gerak inflasi dalam hal komponen harga yang diatur pemerintah (administer prices). Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat komponen inflasi tersebut sebesar 2,4 persen pada September 2018.
"Administer price kita juga lumayan kelihatan, administer price kita lebih rendah kalau dilihat," ujar dia.
Meski dampaknya dari sisi pertumbuhan belum cukup signifikan, namun Satria menegaskan bahwa pembangunan tidak hanya bisa dilihat dari penerapan kebijakan BBM satu harga semata. Menurutnya melihat pertumbuhan ekonomi harus juga melihat pembangunan infrastruktur di timur Indonesia, terutama di Papua.
"BBM satu harga ini bagian dari inisiatif yang lebih besar lagi bagi masyarakat timur Indonesia dan luar Jawa, akan terlihat dalam jangaka menengah panjang," jelas Satria.
Senada dengan Satria, Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah mengatakan, kebijakan tersebut efektif untuk mengejar ketertinggalan daerah 3T. Daerah 3T selama ini harus mengeluarkan biaya transportasi lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lain yang tentu akan merambat pada harga kebutuhan lain.
Kebijakan tersebut dianggap memiliki efek yang sangat besar dan menciptakan produktivitas. Menurutnya dengan harga BBM yang dikenakan saat ini maka biaya yang ditanggung masyarakat menjadi lebih murah, sehingga menciptakan daya beli dan produktivitas.
"BBM menjadi salah satu faktor yang diperhitungkan dalam setiap kegiatan usaha. Kalau seandainya harganya tinggi maka akan menjadi kendala bagi mereka dalam berusaha sehingga menghambat produksi," pungkas Piter.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News