Rida menjelaskan, manfaat yang pertama akan dirasakan adalah hematnya devisa dan pengurangan ketergantungan terhadap Bahan Bakar Minyak (fosil). B15 menghemat sekitar USD2,54 miliar, sedangkan B10 menghemat dari USD1,63 miliar.
"Kedua, penggunaan B15 akan meningkatkan nilai tambah industri kelapa sawit (CPO) menjadi biodiesel sebesar Rp10,9 triliun. Ketiga, peningkatan harga CPO dunia bila menggunakan B15 sebesar USD309 per ton kalau B10 sebesar USD146,62 per ton" kata Rida, di Kementerian ESDM, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Senin (23/3/2015) malam.
Keempat, lanjut Rida, berkembangnya industri BBN di dalam negeri, berdampak pada penyerapan tenaga kerja dan meningkatkan pajak penghasilan badan, B15 menyerap tenaga kerja lebih dibandingkan B10. Kelima, terkait peningkatan penerimaan negara (pajak, bea keluar), B15 sebesar Rp30 triliun sedangkan B10 sebesar Rp15,19 triliun.
Keenam, B15 juga akan menyerap tenaga kerja yang lebih besar dibandingkan B10. B15 on farm sebanyak 671.250 orang dan off farm 5.065 orang. Sedangkan B10 menyerap tenaga kerja on farm sebanyak 375.000 orang dan off farm 2.840 orang.
"Ketujuh manfaat juga terlihat dari peningkatan pendapatan petani kelapa sawit B10 sebesar 15,3 persen kalau B15 32,2 persen," tambah Rida.
Selain itu, menfaat BNN terdapat pada pengurangan emisi gas rumah kaca dan peningkatan kualitas lingkungan sebesar 5,1 juta ton CO2 untuk B10 dan 7,9 ton CO2 untuk B15. Terakhir, keduanya sama-sama akan meningkatkan ketahan energi nasional dalam penyediaan energi domestik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News