"Hingga saat ini aktivitas Gunung Agung masih berada dalam level 3 (siaga)," ujar Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Rudy Suhendar saat konferensi pers di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat, 29 Juni 2018.
Selain itu, status tersebut menilik pantauan empat jam terakhir sejak erupsi pertama pada 27 Juni 2018, pukul 22.00 WITA, di mana amplitudo tidak ada peningkatan. Jika amplitudo besar, maka akan memicu semburan yang besar.
"Setelah pukul 01.00 WITA terjadi penurunan amplitudo hanya dalam skala 10 sampai sekarang," tambahnya.
Ia membandingkan, skala amplitudo saat ini jauh lebih kecil dibandingkan pada letusan Gunung Agung November silam, di mana skala amplitudo melebihi 30.
Sedangkan emisi abu juga teramati mengalami penurunan, ditunjukkan dengan warna asap yang dominan berwarna putih. Hal tersebut mengindikasikan bahwa aktivitas di dalam perut gunung telah menurun.
"Emisi saat ini mengindikasikan sistem telah terbuka (tidak ada yang menahan lava di dalam). Hembusan asap putih yang masih teramati saat ini berasal dari aktivitas efusi lava," tuturnya.
Sebelumnya terpantau suara gemuruh dari perut bumi, namun saat ini warga tidak ada yang melaporkan suara gemuruh.
"Tadi saya cek di pos pemantau tidak ada lagi suara gemuruh, warga-warga melaporkan juga tidak ada lagi menyampaikan suara gemuruh," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News