"Kan masih akhir Juni, kemungkinan bisa juga kita perpanjang tiga bulan. Join venture design agreement bisa kita perpanjang untuk membahas alternatif atau konsep kerja sama," kata Direktur Mega Proyek dan Petrokimia Pertamina Ignatius Tallulembang di Jakarta seperti dikutip Jumat, 14 Juni 2019.
Pertamina pun telah menawarkan alternatif konsep pada perusahaan asal Negeri Raja Salman tersebut. Sebab, keduanya hingga kini belum mencapai kesepakatan terkait valuasi aset spin off di proyek Refinary Development Master Plan (RDMP) Cilacap. Proyek RDMP ini mencakup peningkatan kapasitas kilang eksisting menjadi 400 ribu barel dan peningkatan kualitas produk kilang hingga Euro V.
Untuk mengerjakan proyek RDMP Cilacap, Pertamina membutuhkan dana sekitar USD6 miliar. Iganatius bilang Pertamina akan mengandalkan pendanaan dari pinjaman dan mencari equity patner untuk mendanai RDMP Cilacap.
"Pendanaan tidak masalah. Kami pendanaan project financing untuk bangun kilang itu pinjaman 65-70 persen, sisanya equity. Itu pun fleksibel karena kami bisa mencari equity patner seperti di Balikpapan," kata Ignatius.
Opsi lainnya yakni pencarian partner akan dilakukan sambil proyek tersebut dikerjakan. Jikalau tidak juga menemukan parter, maka Pertamina akan mengerjakan sendiri.
Dengan diambil alih oleh Pertamina, Igantius yakin proyek RDMP Cilacap bisa selesai lebih cepat dari target pada tahun 2026. "Tapi kalau kami yang kerjakan duluan, porsinya Pertamina bisa 2025," jelas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News