Direktur Mineral Ditjen Minerba Kementerian ESDM Yunus Saefulhak mengatakan dari jumlah tersebut mayoritas merupakan smelter untuk nikel. Sebab nikel merupakan komoditas mineral yang saat ini memiliki nilai tambah dan produksi yang paling banyak.
"Lebih dari 50 persennya adalah smelter nikel," kata Yunus, di Kantor Ditjen Minerba, Tebet, Jakarta Selatan, Rabu, 9 Januari 2019.
Tahun lalu, dua smelter nikel telah beroperasi yakni milik PT Virtue Dragon dan PT Bintang Smelter Indonesia. Artinya total smelter yang beropersai hingga 2018 mencapai sebanyak 27. Untuk tahun ini rencananya ada tambahan dua smelter milik PT Antam di Tanjung Buli, Halmahera, Maluku Utara yang proses pembangunannya hampir selesai.
Kemudian smelter lainnya di Pulau Obi, Maluku Utara yang juga dipercepat pembangunannya. "Smelter Antam bisa beropersai sekitar Juni, yang satu lagi mungkin mepet di Desember," tutur Yunus.
Lebih lanjut, dirinya menambahkan, pemerintah akan terus melakukan pengawasan tahun ini dan tahun depan. Sebab 2021 merupakan batas waktu penyelesaian pembangunan smelter. "Apabila tidak ada progress maka ada sanksi atau denda 20 persen. Tapi sejauh ini tidak ada yang kena," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id