Menurut Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Enny Sri Hartati, harga minyak dunia yang saat ini sedang turun diperkirakan akan kembali normal pada semester II-2015.
Doktor Ekonomi Pembangunan dari Institut Pertanian Bogor itu menyatakan, dengan dilakukannya diversifikasi energi dalam jangka waktu enam bulan ke depan, kekhawatiran akan tingginya inflasi pada semester II-2015 tidak akan terjadi. Masyarakat semakin banyak diberi pilihan jenis energi di luar BBM dan hal itu, menurut dia, tidak akan bermasalah pada tingkat inflasi.
"Begitu harga BBM kembali normal, kita sudah siap dengan pasokan energi alternatif. Masyarakat memiliki banyak pilihan dan BBM tidak akan lagi berdampak signifikan terhadap inflasi. Selama ini, BBM berdampak signifikan karena masih dominan," ujar Enny saat dihubungi Media Indonesia, Minggu (4/1/2015).
Saat ini, lanjut Enny, penurunan harga BBM belum menjadi permasalahan yang serius di masyarakat karena cenderung belum fluktuatif. Namun, ketika harga minyak dunia kembali normal, ia memperkirakan akan terjadi ketidakstabilan harga pasar yang kemudian berisiko terhadap para pelaku usaha.
Dengan adanya risiko ketidakstabilan harga, Enny memperkirakan kecenderungan high cost economy akan semakin tinggi. Hal itu tidak akan hanya berdampak pada inflasi, tetapi juga pada penurunan daya saing produk dalam negeri.
"Itu akan menjadi ancaman untuk membuka lebar keran impor dan otomatis menjadi ancaman bagi defisit perdagangan atau pelemahan nilai tukar. Yang akan terjadi kemudian justru imported inflation atau inflasi yang disebabkan oleh nilai tukar," kata Enny.
Dengan demikian, Enny berharap pemerintah benar-benar telah memperhatikan segala variabel kebijakan secara komprehensif. Menurutnya, variabel apa yang terpengaruh dan yang mempengaruhi dari kebijakan penghapusan subsidi premium yang telah dilakukan oleh pemerintah pada 31 Desember 2014 silam harus diperhatikan.
Di samping itu, ia juga mengatakan pemerintah harus melihat kondisi riil pasar dan persaingan produk dalam negeri. Jika persaingan pasar tidak sehat, kekakuan harga pasar akan terjadi. Artinya, harga akan fleksibel naik, tetapi sangat kaku untuk kembali turun. "Itu yang akan menggerus daya beli masyarakat jika terjadi," lanjutnya.
Ia berharap dari pemetaan energi alternatif yang selama ini telah dilakukan oleh Dewan Energi Nasional (DEN) dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), pemerintah segera bertindak di waktu yang tepat ini. "Kalau melakukan pemetaan lagi, tidak ada bedanya dengan pemerintahan sebelumnya," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News