Oleh karena itu, dibutuhkan berbagai sumber energi alternatif untuk menyokong perekonomian negara. Akan tetapi, tidak semua sumber energi alternatif dapat diimplementasikan di Indonesia. Salah satunya adalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
"Secara teknologi, kita belum siap, ada dua hal. Pertama, rupanya sebagai negera tropis, matahari cuma 12 jam sehari, tapi kualitas surya kita tidak sebaik dengan kualuitas surya di Afrika atau di Saudi Arabia," kata Menteri Keuangan (Menkeu), Bambang Brodjonegoro, saat berdiskusi dalam acara "Peran Strategis Pemuda dalam Membangun Kemandirian Bangsa", di Badan Pendidikan dan Pelatihan (BPPK) Kemenkeu, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu (14/2/2015).
Menurut Bambang, kondisi iklim di Indonesia juga tidak cocok untuk mendapatkan energi surya yang baik. Sebab, PLTS tidak akan menyerap energi secara efektif di wilayah yang sering terjadi mendung.
"Kedua, baterai untuk menyimpan tenaga surya itu masih sangat mahal. Selain itu PLTS tidak bisa digunakan pada malam hari. Kalau matahari terbenam, terbenam juga PLTS kita," imbuh Bambang.
Dengan demikian, ke depannya Indonesia masih tetap akan mengandalkan solar sebagai sumber energi untuk menghidupkan listrik di daerah terpencil. Padahal kondisi masyarakat terpencil sampai saat ini masih minim yang mendapat akses listrik.
"Kita harus membeli baterai yang bisa menyimpan energi pada siang hari untuk digunakan pada malam hari. Tetapi, baterainya masih sangat mahal," pungkas Bambang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id