Direktur Utama Dwi Soetjipto mengatakan, setidaknya perseroan sudah menyiapkan dana sekitar USD2,5 miliar untuk berinvestasi di blok yang berada di Kalimantan Timur itu. Dana tersebut memang belum pasti, karena perseroan masih menghitung kisaran harga sesuai dengan investasi yang biasa dikeluarkan operator exsisting sekarang yakni PT Total E&P Indonesie.
"Kalau dalam perjalanan normal setiap tahun butuh USD2,5 miliar. Kita lihat masa lalu blok Mahakam. Kita lihat seberapa," kata Dwi, di Hotel Pullman, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Rabu (29/6/2016) malam.
Dwi menjelaskan, saat ini Total telah menurunkan investasinya atas pengelolaan blok tersebut. Akibatnya, dua tahun belakangan produksi blok ini mengalami penurunan. Alasan Total menurunkan investasinya adalah karena sejak 2014 lalu, harga minyak terus tertekan.
Oleh karena itu, bila perusahaan pelat merah ini bisa masuk lebih awal yakni pada 2017, maka akan bisa menahan penurunan produksi tersebut. Pasalnya, Dwi mungungkapkan, bila tidak diantisipasi saat ini, produksi blok Mahakam akan terus turun sampai waktunya Pertamina mengambil alih di 2018.
"Ya kalau kita akan masuk kita lihat seberapa besar harus masuk agar penurunan 2018 tidak terlalu besar. Kalau di dalam kontrak yang ada, baru boleh masuk 2018. Tapi kan kalau kita masuk saat itu kita sudah telat. Karena investasi 2017 hasilnya 2018, makanya kita harap masuk investasi 2017," jelas dia.
Namun, sampai saat ini, mantan Direktur Utama Semen Indonesia ini menambahkan, pihaknya sedang berbicara dengan top manajemen Total untuk bisa berinvestasi lebih cepat. Meskipun, diketahuinya dalam perjanjian Pertamina baru bisa berinvestasi ketika alih kelola blok sudah di tangan Pertamina.
"Tapi memang kita tidak punya hak untuk itu. Jadi kita menunggu bagaimana niat baik Total apakah bisa memberikan kesempatan agar Pertamina bisa menyiapkan investasi lebih dulu," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News