"Yang paling miris, kita habiskan subsidi energi Rp2.600 triliun untuk 10 tahun. Sedangkan, untuk subsidi energi baru sangat minim," kata Sudirman, dalam seminar 'Indonesia dan Diversifikasi Energi', di Hotel Borobudur, Jalan Lapangan Banteng Nomor 1, Jakarta, Selasa (14/4/2015).
Ia juga menyesalkan mengapa Indonesia tidak berani mengeluarkan ratusan triliun untuk membangun sebuah energi baru. "Bangun industrinya, bangun komponennya, SDM-nya hingga pada titik tertentu kita tidak perlu khawatir dengan habisnya minyak dan gas bumi," ungkap dia.
Menurutnya, selama ini energi fosil makin tergerus karena tingginya tingkat konsumsi BBM di masyarakat. Oleh karena itu, dirinya meminta agar pemerintahan Jokowi-JK untuk mendukung dan mendorong energi baru.
"Jokowi bilang kan tunjukkan program ke depan itu yang prorakyat dan properubahan. Saya akan taruh energi baru itu paling depan," tambah dia.
Lebih lanjut, dia menuturkan hal ini terlihat pada kesungguhan Indonesia. Jika memang sepakat masa depan adalah energi baru, maka tidak akan sulit.
"Nanti kita sepakat bahwa masa depan adalah energi baru, maka rasanya tidak sulit. Dan itu akan lebih menenangkan daripada kita ribut atas mafia BBM. Jadi jawabannya leadership. Lawan kita adalah comfort zone," tutup dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News