Direktur Indonesian Resources Studies (Iress), Marwan Batubara mengatakan, keputusan presiden sudah tepat meskipun memang diakuinya keputusan ini agak terlambat.
"Itu sudah tepat meskipun terlambat. Tapi patut kita apresiasi. Apalagi para pendukung floating LNG (di laut) begitu confidence dan menekan," kata Marwan kepada Metrotvnews.com, di Jakarta, Kamis (24/3/2016).
Menurutnya, keputusan pembangunan kilang darat dinilai sudah memenuhi pertimbangan tekno-ekonomi serta mengingat opsi onshore LNG ini memiliki efek domino yang besar bagi masyarakat dan wilayah sekitar pembangunan kilang nanti.
"Itu sudah tepat. Hanya dari pertimbangan tekno-ekonomi saja, opsi onshore juga sudah lebih murah. Apalagi jika mempertimbangkan aspek-aspek lain dan manfaat multiplier effect-nya. Jelas opsi onshore sudah yang terbaik," jelas Marwan.
Sementara itu, pengamat energi, Pri Agung mengungkapkan, pertimbangan presiden memilih onshore bukan masalah faktor ekonomis atau tidaknya pembangunan tersebut. Tapi lebih kepada apakah pembangunan tersebut memberikan manfaat kepada masyarakat.
"Yang diyakini presiden tampaknya adalah bahwa onshore akan lebih memberikan manfaat yang lebih besar bagi ekonomi masyarakat daerah," ucap Pri Agung.
Pri Agung melanjutkan, terkait dampak investor terhadap proyeksi bahwa jadwal Front End Engineering Design (FEED) dan Final Investment Decision (FID) yang diperkirakan mundur, pastinya presiden telah memperhitungkkannya dengan nilai tawar investasi tersendiri.
"Saya melihat Presiden justru menunjukkan Indonesia punya nilai tawar. Kita memang perlu investasi, tapi mesti yang sesuai dengan visi pembangunan kita," tutup Pri Agung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News