Demikian disampaikan Kepala Pusat Studi Energi, Universitas Gadjah Mada (UGM) Deendarlianto, dalam seminar 'Indonesia dan Diversifikasi Energi', di Hotel Borobudur, Jalan Lapangan Banteng Nomor 1, Jakarta, Selasa (14/4/2015).
"Kebutuhan oil kita di 2025 adalah 100 Matric Tons of Oil Equivalen (Mtoe). Jika 68 persen hanya untuk transportasi, dan kita tidak berpikir detil, maka (energi) kita akan jebol pada 2025," tegas Deendarlianto.
Dia mengatakan hal tersebut bukan tanpa dasar. Deendarlianto menyampaikan hal ini mengacu pada PP 79 tahun 2014 mengenai maksimal kebutuhan bahan bakar pada 2025 sebesar 68 Mtoe untuk kebutuhan transportasi.
Jika hal tersebut terjadi, ujar dia, maka ini merupakan beban yang sangat berat bagi pemerintah. Menurutnya, ada beberapa skenario yang harus dilakukan pemerintah agar hal tersebut tidak terjadi. Salah satunya dengan mengembangkan energi baru dan terbarukan.
"Memasukkan skenario diversifikasi energi dan etanol 20 persen, kita akan mendapatkan keuntungan di 2025, ada penghematan sebesar delapan persen," jelas dia.
Skenario lainnya, tambah Deendarlianto, pihaknya menjalin kerja sama dengan beberapa stakeholder energi nasional. "Kami bekerja sama dengan stakeholder energi nasional, juga termasuk Pertamina," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News