Ilustrasi Blok Mahakam. (FOTO: ANTARA/Yudhi Mahatma)
Ilustrasi Blok Mahakam. (FOTO: ANTARA/Yudhi Mahatma)

Total Tampik Penurunan Produksi Blok Mahakam karena Masa Kontrak Habis

Annisa ayu artanti • 02 Juli 2016 14:34
medcom.id, Jakarta: PT Total E&P Indonesie menyambut positif keinginan PT Pertamina (Persero) sebagai operator yang akan mengalihkan kelola Blok Mahakam pata 2018 untuk berinvestasi agar menekan angka penurunan produksi Blok Mahakam. Namun, Total menangkis jika penurunan produksi Blok Mahakam ini dikarenakan masa kontrak yang akan habis pada 31 Desember 2017.
 
President and General Manager Total E&P Indonesie, Hardy Pramono mengatakan terkait keinginan Pertamina pihak Total sangat terbuka untuk berdiskusi langsung tentang rencana kerja yang akan diajukan tersebut. Bahkan, pihak Total mengatakan niatan investasi itu tidak tergantung pada lampu hijau yang diberikan oleh Total. Namun, yang menjadi penegasanya adalah bila Pertamina ingin berinvestasi lebih dulu harus memiliki payung hukum.
 
"Total E&P Indonesie menyambut positif rencana tersebut dan pembicaraan mengenai hal itu pun masih berlangsung, dan kami akan berdiskusi tentang rencana kerja yang akan diajukan untuk 2017 tersebut. Sedangkan untuk pelaksanaanya memerlukan payung hukum dan persetujuan yang diberikan oleh otoritas terkait, yakni SKK Migas," kata Hardy dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Sabtu (2/7/2016).

Hardy menjelaskan dan membenarkan bahwasannya produksi Total atas pengelolaan blok yang berada di Kalimantan Timur ini mengalami penurunan sejak dua tahun terakhir. Penurunan yang terjadi ini diakuinya bukan karena dengan sengaja Total dan Inpex menurunkan investasinya. Tapi, penurunan ini terjadi lantaran harga minyak dunia yang sangat rendah.
 
"Memang benar dalam dua tahun terakhir (2015 dan 2016) ini Total E&P Indonesie dan Inpex investasinya menurun secara cukup signifikan di Blok Mahakam, namun hal itu sangat terkait dengan jatuhnya harga minyak dunia," jelas dia.
 
Total Group sejak awal 2014 melancarkan program penghematan bernama 4C & D (Change Culture, Compete on Cost and Deliver) yang berlaku di semua afiliasinya di seluruh dunia, sehingga Total E&P Indonesie pun melaksanakannya. Dengan penurunan harga minyak yang terjadi sejak Oktober 2014, usaha efisiensi dan penghematan tersebut semakin diperlukan untuk bertahan agar aktifitas operasional untuk menahan penurunan produksi tetap ekonomis.
 
"Alhasil, kami meneliti kembali semua rencana investasi pada 2015 mau pun 2016 dan berhasil menghemat di semua sektor anggaran dengan tanpa mengorbankan masalah keselamatan kerja dan Integritas fasilitas produksi (safety)," ujar dia.
 
Dalam rencana kerja dan anggaran (Work Plan & Budget/WP&B) juga Hardy menuturkan, target produksi inlet gas adalah 1423 MMscfd dan pada WP&B Revisi 2016, SKK Migas menetapkan target produksi adalah 1572 MMscfd dan produksi berpotensi lebih tinggi lagi.  Artinya, Hardy menambahkan dengan investasi yang berkurang itu Total dapat tetap baik dalam berproduksi dan bahkan bisa lebih tinggi dari initial target.
 
"Jadi, penurunan investasi pada 2015 mau pun 2016 lebih dikarenakan kami menyesuaikan diri dengan anjloknya harga minyak dunia sehingga nilai keekonomian harus tercapai, dan bukan karena kontrak akan berakhir pada 31 Desember 2017," pungkas dia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan