"Jangan seperti test the water, kalau ada yang melawan ya berubah. Ada sikap yang tidak konsisten," kata Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies (IRESS) Marwan Batubara, dalam acara Rencana Akuisisi PGE oleh PLN di Hotel Sahid, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan, Selasa (22/11/2016).
Marwan menjelaskan, inkonsisten Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno yang melontarkan wacana akuisisi itu terlihat dari sikap pemerintah yang sering berubah. Pertama, pada 12 Agustus 2016, Rini menyebut PLN akan mengakuisi saham PGE sebanyak 50 persen.
"Akuisisi itu disebutkan dengan tujuan menciptakan simbiosis mutualisme (saling menguntungkan)," papar dia.
Akan tetapi, pada 13 Oktober 2016, Deputi Bidang Energi Logistik dan Pariwisata Kementerian BUMN Edwin Abdullah mengatakan bahwa rencana yang dilakukan bukan akuisisi, melainkan hanya sinergi antara PLN dengan PGE.
"Maka konsepnya inbreng, jadi saham negara dimasukkan. Tapi (status) PGE memang tidak jelas, apakah di bawah PLN atau berdiri sendiri," ungkap Marwan.
Kemudian sikap pemerintah kembali berubah pada 15 November 2016. Rini kembali menyebut, rencana akuisisi tetap dilakukan namun porsi pencaplokan saham berkurang menjadi 30 persen.
"Dari tiga informasi itu menunjukan sikap pemerintah tentang rencana sinergi atau akuisisi ini masih belum jelas, mau berapa, skemanya seperti apa," pungkas Marwan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News