Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Rizal Ramli. (FOTO: ANTARA/Sigid Kurniawan)
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Rizal Ramli. (FOTO: ANTARA/Sigid Kurniawan)

Rekomendasi Rizal Ramli soal Blok Masela Dipertanyakan

Ade Hapsari Lestarini • 07 Januari 2016 18:54
medcom.id, Jakarta: ‎Pengamat energi Fabby Tumiwa mengkritik rekomendasi Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Rizal Ramli soal rencana pengembangan Blok Masela di Maluku yang ‎harus menggunakan pipa gas bukan kapal gas alam cair terapung (Floating LNG).
 
"Apa yang dimaksud Rizal dengan pengembangan kewilayahan dan multiplier effect? Konsep RR tentang pengembangan kewilayahan dan multiplier effect itu hanya berdasarkan hipotesis, bukan berdasarkan kajian ilmiah," ungkap Fabby, melalui keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis (7/1/2016).‎
 
Sesuai permintaan Pemerintah Indonesia, ujar Fabby, Inpex selaku operator Blok Masela telah melakukan kajian terhadap opsi terbaik pengembangan Lapangan Gas Abadi sejak 2010, apakah dengan membangun kilang LNG di darat (onshore) atau kilang LNG di laut (Floating LNG/FLNG). Hasilnya, pilihan terbaik adalah FLNG.

Menurut dia, baru-baru ini kajian yang sama dibuat kembali, juga atas permintaan pemerintah. Hasilnya pun sama, FLNG adalah opsi terbaik. Bahkan kementerian teknis (Kementerian ESDM) juga harus membuat kajian tersendiri yang independen untuk memastikan pilihan tersebut yang hasilnya juga sama yakni menggunakan FLNG.
 
Dalam melakukan kajian tersebut, jelas Fabby, Inpex telah melibatkan para konsultan berkelas internasional, juga melibatkan akademisi dalam negeri seperti dari Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Institut Teknologi Surabaya (ITS). Bila dikalkulasi maka kajian yang telah dilakukan tersebut telah menghabiskan ribuan jam kerja serta dana ratusan juta dolar Amerika.
 
Hasil kajian LPEM UI misalnya, ungkap Fabby, menunjukkan bahwa opsi FLNG akan memberikan manfaat ekonomi lebih baik bagi Indonesia. "Penerimaan negara yang lebih besar melalui skema FLNG tentunya akan memberikan penerimaan daerah yang lebih besar pula," tutur Fabby.
 
Multiplier effect dari pilihan FLNG justru akan jauh berdampak positif bagi pengembangan industri maritim Indonesia dan industri pendukungnya. Juga alokasi gas DMO juga bisa dipakai untuk memenuhi kebutuhan gas di dalam negeri, bahkan seluruh produksi gas dari Blok Masela bisa saja dijual di dalam negeri sepanjang harganya sesuai dengan harga pasar.
 
Pemerintah Indonesia, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dapat menggunakan pendapatan dari Blok Masela untuk pembangunan dan pengembangan infrastruktur serta diversifikasi ekonomi pasca-migas di Maluku. Sementara apa yang diutarakan oleh RR dan pendukungnya harus disikapi dengan kritis dan hati-hati.
 
"Kita harus kritis menanggapinya dan hati-hati. Kalau sampai Masela terlambat berproduksi maka pasokan gas ke dalam negeri pada 2021 dan seterusnya akan terancam," tegas Fabby.‎
 
Sekadar informasi, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Rizal Ramli ngotot pengembangan Blok Masela menggunakan pipa gas bukan kapal gas alam cair terapung (Floating LNG). Menurut dia, pembangunan pipa gas akan memajukan wilayah di sekitar blok tersebut.
 
"Kami ingin dibangun onshore tidak offshore seperti idenya Kementerian ESDM dan SKK Migas, karena kalau onshore kita bisa bentuk kota baru, Indonesia timur akan hidup, sehingga cita-cita Pak Jokowi poros maritim akan jalan," ujar dia beberapa waktu lalu.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan