Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Askolani mengatakan kenaikan tersebut lebih karena disebabkan oleh asumsi nilai tukar rupiah yang naik menjadi Rp13.500 per USD.
"Kurs sedikit terdepresiasi, itu punya dampak tambahan subsidi," kata Askolani di Kemenko Perekonomian, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Jumat 18 Agustus 2017.
Askolani mengatakan sebenarnya secara kebijakan tidak ada perubahan yang signifikan dari tahun ini. Subsidi untuk BBM dan elpiji 3 kg dianggarkan Rp51,1 triliun. Meski memang akan ada rencana kebijakan BBM satu harga di Papua tahun depan.
Sementara listrik subsidinya dialokasokan Rp52,2 triliun untuk pelanggan golongan 450 VA dan 900 VA dengan menggunakan data penerima yang sama dari tahun ini.
"Iya (data sama) tapi kan indikatornya bs berubah, kayak listrik itu kan bisa susut jaringan jadi dia bisa lebih hemat, lalu energi mix itu bisa hemat dan bisa berdampak ke hitungan subsidi kita. Itu yang jadi basis 2018 untuk listrik," ujar Askolani.
Sementara untuk subsidi nonenergi mengalami penurunan dari Rp79,0 triliun jadi Rp69,0 triliun. Menurut Askolani karena adanya peralihan kebijakan subsidi beras sejahtera (Rastra) menjadi voucher pangan melalui Kementerian Sosial.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id