"Saya menjadi saksi, saya menjadi pelaksana, dan saya menjadi korban dari proses itu," ungkap Sudirman di depan Komisi VII DPR RI, dalam Rapat Kerja dengan Komisi VII DPR RI, di Gedung Nusantara, Komplek DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (9/6/2015).
Menurutnya, dia sudah menjelaskan mengenai hal ini berkali-kali diberbagai forum, bahwa sejak pertama kali berdiskusi dengan Pak Jokowi, dirinya mengakui tugas menjadi Menteri ESDM sangatlah berat.
Lebih lanjut, dia juga mengakui bahwa dirinya paham betul dengan kemampuannya yang belum banyak di sektor energi seperti ini. Namun dia yakin banyak ahli migas dan energi yang bisa membantunya.
"Karena sebetulnya meluruskan soal energi ini bukan soal teknis Pak. Karena itu saya menekankan, hanya bila pimpinan tinggi negara ini lurus, maka sektor ini bisa diluruskan," ujar dia.
Sudirman juga menyampaikan ke Presiden Jokowi bahwa dia memiliki sedikit pengalaman saat menjadi ketua Integrated Supply Chain (ISC). Dia bercerita ketika menjadi Ketua ISC, banyak inisiatif yang dilakukannya tapi berhenti di Kantor Presiden.
"Ketika Pertamina berniat melakukan inisiatif perbaikan banyak inisiatif itu terhenti di 'sini'. Ungkapan saya tidak berubah dari waktu ke waktu. Kemudian ditanya maksudnya di mana? Saya jawab `di kantor presiden'. Ini yang direspons oleh Pak SBY. Tapi itulah statement saya yang disampaikan dalam diskusi di Cikini," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News