Presiden Joko widodo (tengah) saat berkunjung ke PLTP Lahendong Unit 5 dan 6.  ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin.
Presiden Joko widodo (tengah) saat berkunjung ke PLTP Lahendong Unit 5 dan 6. ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin.

Presiden: Banyak Makelar Sebabkan Mahalnya Listrik di Indonesia

27 Desember 2016 14:44
medcom.id, Minahasa: Presiden Joko Widodo (Jokowi) membeberkan alasan terkait penyebab harga listrik yang lebih mahal di Indonesia dibandingkan di negara-negara lain.
 
"Kenapa harga kita mahal, karena terlalu banyak beban-beban biaya yang sebenarnya tidak perlu," kata Presiden Jokowi di Tompaso, Minahasa, Sulawesi Utara dikutip dari Antara, Selasa (27/12/2016). 
 
Pada kesempatan itu Presiden Jokowi meresmikan proyek PLTP Lahendong Unit 5 dan 6 serta PLTP Ulubelu Unit 3 yang berlokasi di Lampung di acara peresmian yang digelar di Tompaso, Minahasa.

baca : Pemerintah Akan Naikkan Tarif Listrik 900 VA di 2017
 
Menurut dia, harga-harga yang mahal juga disebabkan karena terlalu banyak broker atau makelar dalam suatu proyek. "Terlalu banyak orang di tengah, terlalu banyak yang broker, terlalu banyak yang makelari," ungkapnya.
 
Presiden mengatakan di banyak negara lain, harga listrik lebih murah dan lebih efisien. "Kenapa mereka bisa, kita enggak bisa. Pasti ada sesuatu," ucapnya, menegaskan.
 
Padahal, listrik menyangkut daya saing selain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat juga kebutuhan industri sehingga idealnya harga listrik di Indonesia tidak lebih mahal dari negara lain.
 
"Saya berikan contoh, misalnya, PLTA di Serawak harganya hanya 2 sen cek nanti benar enggak, di kita 7 sen. Tenaga surya di Uni Emirat Arab di sana harganya 2,9 sen di kita 14 sen. Padahal, air kita melimpah, sungai kita melimpah," ujarnya.
 
Ia mencontohkan jika sungai-sungai besar seperti Mahakam, Musi, atau Bengawan Solo dimanfaatkan untuk PLTA dan harganya bisa dibuat berkisar 2 sen maka daya saing Indonesia bisa melonjak naik.
 
"Masa antar-BUMN ada yang di tengah, masa dari swasta ke PLN ada yang di tengah. Untuk apa? Sudah sekarang kita blak-blakan saja, negara kita perlu efisiensi di semua lini kalau tidak, kita akan digilas oleh kompetisi, oleh persaingan antar negara," pungkas dia. 
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan