"Performa keuangan sangat sehat, utang jangka panjang semakin menurun, dan efisiensi meningkat," kata Anggota Dewan Energi Nasional (DEN), Mukhtasor, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa (3/5/2016).
Sehatnya kondisi keuangan tersebut, menurut dia, tak lepas dari insiatif Pertamina untuk melakukan berbagai penataan. Terkait utang-utang, misalnya, Pertamina refinancing yang tepat sehingga interest semakin rendah dan lebih efisien dalam menekan biaya produksi. Termasuk di antaranya, ketika Pertamina membubarkan Petral.
"Hal itu menunjukkan bahwa penataan keuangan dan manajemen mereka memang semakin bagus," lanjut dia.
Mukhtasor menambahkan, jika Pertamina melakukan strategi yang sangat tepat ketika harga minyak dunia sedang turun. Ketika itu, di saat banyak perusahaan minyak dunia mendapat tekanan di sisi hulu, Pertamina justru menyeimbangkan antara hulu dan hilir.
Dalam hal ini, efisiensi banyak dilakukan di hulu, sedangkan di hilir banyak melakukan inovasi pasar. Antara lain dengan mengeluarkan berbagai produk seperti Pertalite dan Dexlite. Strategi menyeimbangkan hulu dan hilir ini, menurut dia, turut berkontribusi dalam memperkokoh bisnis Pertamina.
Tidak hanya memperkuat portofolio di hilir, Pertamina juga sangat tepat memanfaatkan momentum penurunan harga minyak dunia untuk melakukan ekspansi ke luar negeri. Dengan ekspansi di sisi hulu tersebut, Pertamina juga melakukan efisiensi yang sangat signifikan, di antaranya melakui penekanan biaya investasi.
Itulah sebabnya, ketika banyak perusahaan migas terkena imbas jatuhnya harga minyak dunia, Pertamina justru tidak goyah. Faktanya, lanjut Mukhtasor, pada saat banyak perusahaan migas melakukan kebijakan PHK, seperti Chevron, Vico, British Petroleum, dan Halliburton, Pertamina justru melakukan rekrutmen secara besar-besaran.
"Ini menandakan bahwa strategi Pertamina untuk tumbuh memang dilakukan dengan cara yang tepat," pungkas Mukhtasor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News