Menurutnya, minimnya ketersediaan BBM yang ada di dalam negeri membuat Indonesia masih bergantung pada impor minyak mentah dan BBM.
"Tidak lagi sebanding dengan tingkat konsumsi nasional," ucap Rosan, ditemui di Hotel Sahid, Jakarta, Kamis (8/9/2016).
Di sisi lain diperkirakan konsumsi energi akan terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk dunia. Oleh karena itu, harus ada terobosan sektor teknologi untuk meningkatkan produksi BBM sehingga Indonesia mampu mencapai ketahanan energi.
"Teknologi di sektor energi harus ditingkatkan dalam mencapai ketersediaan energi di sini," jelas Rosan.
Di tempat yang sama, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Haryadi Sukamdani menyebutkan, tingkat konsumsi yang tidak sebanding dengan produksi memberi dampak bagi persoalan harga dan ketersediaan barang.
"Tidak seimbangnya antara kebutuhan dan ketersediaan energi akan mengancam ekonomi," tegas Hariyadi.
Ketersediaan listrik, lanjut Hariyadi, menjadi syarat utama para pelaku usaha (investor) menanamkan modalnya di daerah. Maka dari itu, program listrik sebesar 35 ribu MW menjadi perhatian khusus bagi khalayak.
"Memang bukan soal mudah. Padahal tersedianya listrik menjadi peran penting dalam sektor industri," pungkas Hariyadi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News