Vice President LNG Pertamina Didik Sasongko Widi mengatakan, salah satu faktor yang menyebabkan harga gas mahal adalah infrastruktur. Pasalnya ketersediaan infrastruktur gas di Indonesia masih kalah dibandingkan dengan infrastruktur untuk Bahan Bakar Minyak (BBM).
"Infrastruktur kita saat ini dengan negara seperti Malaysia itu memang menyedihkan. Belum ada (infrstruktur gas yang memadai) yang lengkap itu infrastruktur BBM," ujar Didik, di kantor pusat Pertamina, Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta Pusat, Jumat (7/10/2016).
Selain infrastruktur, diperlukan adanya pengendali dari rencana pembangunan serta penetapan harga gas dari satu pihak. Salah satu pilihannya adalah dengan menunjuk agregator tunggal dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bidang energi.
"Kalau enggak ada agregator ya enggak bakal terbangun. Konsep pipa Jawa Barat sampai Jawa Timur itu sudah ada sejak 1996. Kebayang enggak, 20 tahun belum terealisasi. Padahal sudah ada rencana Pertamina bangun transmisi dari barat ke timur," jelas dia.
Dirinya menambahkan, cadangan gas di Indonesia juga terus berkurang setiap tahunnya. Dari sumber gas yang ada, hanya Mahakam dan Tangguh yang memiliki stok jangka panjang sementra sisanya hanya mampu menyediakan gas untuk lima hingga 10 tahun.
"Kalau di Jawa, Sumatera paling lima atau enam tahun. Itu kan enggak bisa menjamin jangka panjang. Kemudian miss match lokasi. Tata waktu pengembangan lapangan. Mengembangkan gas itu enggak bisa setahun dua tahun," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News