"Posisi sekarang Pertamina untuk premium masih mengalami sekitar dua persen dari nilai keekonomian," kata Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto di Kantor Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Senin 28 September 2015.
Dwi menjelaskan, telah melakukan pembicaraan dan diskusi terkait harga tersebut ke Pemerintah lantaran posisi harga BBM dengan Research Octane Number 88 ini masih minus dua persen. Begitu juga cara menutupi kerugian yang dihasilkan dari penjualan BBM ini.
"Tentu saja kita akan diskusi dengan pemerintah mengenai masalah harga. Posisi premium kita masih dua persen minus dari nilai keekonomian sesuai dengan formula yang disepakati," jelas dia.
Sebagai informasi, Pertamina beberapa hari lalu menyatakan defisit perseroan terus bertambah. Sampai hari ini, jumlah kerugian yang ditanggung Pertamina mencapai Rp15,2 triliun.
Vice President Avitation Pertamina, Wisnuuntoro mengatakan memang sejak awal 2015 perusahaan pelat merah itu menggendong kerugian yang cukup besar yakni sekitar Rp12 triliun kemudian bertambah menjadi Rp14 triliun, lalu hari ini mencatat Rp15,2 triliun.
Kerugian ini, disampaikannya lantaran penjualan BBM jenis premium yang dijual di bawah harga keekonomian saat harga minyak dunia tinggi. "Untuk diketahui dulu sejak 2015 awal sampai saat ini sudah disebutkan bahwa untuk jual premium sampai rugi Rp12 triliun sampai hari ini Rp15,2 triliun," kata Wisnu, beberapa waktu lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News