Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Kementerian ESDM, IGN Wiratmaja Puja mengatakan saat ini berbagai opsi sudah menjadi pembahasan di jajaran Pemerintah maupun dengan calon operator, dalam hal ini PT Pertamina (Persero). Salah satu opsi tersebut adalah skema sliding scale.
Sliding scale merupakan skema kontrak dalam kegiatan hulu migas yang bagi hasilnya dihitung berdasarkan kumulatif produksi setiap tahun. Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) akan membagi hasil produksinya dengan pemerintah tanpa memperhitungkan first tranche petroleum (FTP) dan pengembalian biaya operasi.
"Lagi dibahas. Baru juga kita bicarakan ke Pak Soetjipto (Dirut Pertamina). Minggu ini kita rapatkan. Berbagai opsi sudah disiapkan. Salah satunya sliding scale," kata Wirat, usai halal bihalal di Kantor Pusat Pertamina, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Selasa (12/7/2016).
Menurutnya, blok East Natuna ini memang perlu dikembangkan sebab memiliki cadangan yang besar yakni 46 triliun kaki kubik feet (trilion cubic feet/TCF). Berdasarkan data Kementerian ESDM, total gas di blok tersebut sangat besar yaitu 222 TCF. Namun sayangnya, sebagian besar yakni 72 persen dari total gas tersebut merupakan karbondioksida (CO2).
"Insya Allah (dikembangkan) karena cadangan besar dan strategis. Itu yang sedang dibahas semua opsinya," jelas dia.
Wirat menambahkan, untuk biaya pemisah CO2 dan gas yang dapat dipakai memang menjadi kendala tersendiri dalam mengembangkan blok yang berada di utara Indonesia tersebut. Oleh karena itu, biaya ini juga akan menjadi pembahasan. Pemerintah bersama operator akan melihat bagaimana keekonomiannya.
"Itu yang kita bahas. Biaya pemisahnya cukup tinggi. Kita bahas nanti keekonomiannya. Kalau tidak ekonomis apa yang kita lakukan," ujar dia.
Guru Besar ITB ini pun tidak memungkiri permintaan Presiden Joko Widodo yang menginginkan kegiatan produksi (onstream) Blok East Natuna dilakukan scepatnya. Untuk merealisasikannya, Wirat menyebut akan mempercepat prosesnya sehingga estimasi sebelum 2030 onstream tercapai.
"Kalau perkembangannya kan kita butuh waktu. Kita pasti percepat beberapa langkah-langkah. Ini kita bahas minggu ini. Estimasinya saya belum bisa bilang. Semoga sebelum 2030 ya," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News