Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Kementerian ESDM, IGN Wiratmaja Puja menyambut baik hal tersebut. Wirat menjelaskan, volume subsidi solar saat ini 16 juta kiloliter (kl) dan sudah berjalan dalam kurun waktu enam bulan. Artinya masih ada enam bulan berikutnya yang tidak disubsidi dari adanya ketetapan pengurangan subsidi tersebut.
"Subsidi (solar) kita volumenya 16 juta kl. Artinya kalau disubsidi Rp16 triliun. Tapi kan sudah jalan enam bulan, masih ada enam bulan berikutnya. Jadi masih bisa mengurangi setengah dari sisa Rp8 triliun yaitu Rp4 triliun," ujar Wiratmaja, seperti dikutip dalam laman resmi Kementerian ESDM, di Jakarta, Jumat (17/6/2016).
Penetapan subsidi solar Rp500 per liter, lanjut Wirat, merupakan hasil kalkulasi dengan harga minyak saat ini dan juga berdasarkan delta positif selama tiga bulan terakhir. "Beberapa bulan terakhir bisa dibilang kalau harga minyak relatif stabil. Naik sedikit-sedikit," tambahnya.
Sesuai dengan tren tersebut, pemerintah menilai harga solar dapat dipertahankan hingga akhir tahun. Kecuali apabila terjadi lonjakan harga minyak yang tinggi sekali, misalnya, mencapai US65 per barel maka harus dilakukan penyesuaian harga BBM.
Sekadar informasi, Banggar DPR RI dan pemerintah menyepakati hasil besaran yang dibahas dalam rapat internal Komisi VII yang memutuskan besaran pemangkasan subsidi tetap pada BBM jenis solar dari Rp1.000 menjadi Rp500 per liter.
Kesepakatan tersebut diputuskan dalam rapat kerja tingkat panitia kerja (Panja). Besaran pemangkasan tersebut lebih rendah dari usulan awal pemerintah yang ingin memotong besaran subsidi solar Rp650 per liter atau dari Rp1.000 menjadi Rp350 per liter dalam pengajuan RAPBNP 2016.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News