Namun, Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas, Faisal Basri, membantah hal tersebut. Menurut dia, Indonesia melalui PT Pertamina (Persero), mampu menghasilkan BBM jenis Pertamax, apalagi ditambah dari produksi PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI).
"Seluruh kilang Pertamina sebetulnya mampu untuk menambah produksi RON92. Selain itu juga ada kapasitas yang bisa dimanfaatkan dari kilang TPPI yang sepenuhnya bisa dialihkan dari produksi aromatic menjadi RON92 dengan full capacity," ucap Faisal, saat ditemui di Kantor Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa (30/12/2014).
Ia melanjutkan, dengan adanya produksi dari TPPI, maka produksi BBM jenis Pertamax akan mendapatkan tambahan sebanyak 46 ribu barel per hari. Tak hanya itu, sebut dia, dari kilang-kilang kecil yang ada di Indonesia pun sebetulnya sudah siap untuk menambah pasokan Pertamax ke pasaran.
"Kilang-kilang kecil juga siap untuk menambah pasokan ini. Tetapi harus ada penyaluran crude pada mereka. Jadi sebetulnya kita sudah siap dan tidak membutuhkan waktu yang sangat lama (untuk menghasilkan Pertamax)," papar Faisal.
Sebelumnya, Tim Reformasi Tata Kelola Migas juga sudah memberikan rekomendasi kepada pemerintah terkait penghapusan BBM Premium dan menggantinya dengan Pertamax. Menurut dia, BBM jenis Premium merupakan salah satu modus yang menyebabkan munculnya aktor pemburu rente.
"Karena RON88 sudah tidak ada lagi di pasar regional sini. Dan oleh karena itu kami merekomendasikan untuk dihapus. Terkait proses transisinya (Premium ke Pertamax) kita serahkan pada pemerintah, karena pemerintah yang punya kewenangan untuk memerintahkan BUMN mempercepat prosesnya," pungkas Faisal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News