Menurut dia, penerapan kartu survei di Tarakan adalah bagian dari program serupa yang telah sukses di beberapa daerah lainnya di Indonesia. Kartu survei itu diterapkan di Tarakan sejak 18 Juli 2014 dan saat ini telah mencakup 2.909 unit kendaraan dan 974 unit kapal.
Sejak penerapannya, tuturnya, kartu survei terbukti dapat menghemat konsumsi solar bersubsidi sekitar 12 persen.
"Sebelum penerapan kartu survei, penyaluran solar bersubsidi rata-rata sekitar 925 kilo liter (KL) per hari. Tapi setelah penerapan penyalurannya turun menjadi 825 KL per hari," kata Hanung, seperti dikutip dari siaran persnya, Minggu (23/11/2014).
Dia menjelaskan, kartu survei berfungsi untuk mengetahui volume dan pola konsumsi solar bersubsidi untuk nelayan dan kendaraan darat di Kota Tarakan secara riil. Selain itu, dengan kartu survei ini juga dapat menjadi sarana pendataan kendaraan dan kapal nelayan yang berhak mendapatkan solar bersubsidi. Data tersebut selanjutnya bisa menjadi database untuk perhitungan kuota solar bersubsidi yang akurat.
"Kartu survei bisa diperoleh gratis di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU)/ agen premium dan minyak solar (APMS) dan Solar Packed Dealer Nelayan (SPDN). Tanpa kartu survei, konsumen tidak bisa melakukan pembelian solar bersubsidi di SPBU. Pembelian solar dibatasi sebesar Rp200 ribu per hari," tuturnya.
Selain di Kota Tarakan, yang telah sukses menerapkan kartu survei meliputi Kabupaten Belitung, Kabupaten Tarakan, serta wilayah Kabupaten Bintan dan Kota Tanjung Pinang, serta Batam yang telah bertransformasi menjadi fuel card.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News