Selain itu sudah 20 tahun lamanya, Indonesia tidak membangun kilang dan hanya memakai kilang uzur peninggalan Belanda. "Akibatnya impor bahan bakar minyak (BBM) kian menggerogoti devisa negara. Tahun 2013 impor BBM mencapai USD28,6 miliar. Padahal tahun 2001 baru USD2,6 miliar. Berarti hanya dalam waktu 12 tahun impor BBM naik sebelas kali lipat. Tekanan semakin berat karena sejak tahun 2013 Indonesia sudah mengalami defisit minyak mentah," ujarnya dalam blog pribadi di faisalbasri01.wordpress.com, di Jakarta, Senin (17/11/2014).
Faisal menilai, migas yang dulu menjadi sumber utama penerimaan negara, malah kini telah menyebabkan ketidakseimbangan neraca perdagangan dan menggerogoti APBN.
"Migas bukan sekedar sumber energi, melainkan juga sebagai pundi-pundi penerimaan negara atau penopang APBN. Ironisnya, subsidi BBM sudah jauh melampaui penerimaan negara dari bagi hasil minyak dan pajak keuntungan perusahaan minyak. Hal ini yang membuat APBN mengalami defisit sejak 2012," tukas Ketua Dewan Etik Komite Pemantau Korupsi Nasional (KONSTAN) - National Corruption Watch (NCW) ini.
Dia mengatakan, dalam sepuluh tahun terakhir subsidi BBM lebih besar dari defisit APBN. "Secara tak langsung bisa dikatakan sebagian subsidi BBM sudah dibiayai dengan utang pemerintah," tuturnya.
Untuk mengatasi segala permasalahn ini, dia melihat perlu dilakukan penataan ulang di sektor migas. Salah satu caranya dengan penguatan institusi. "Sudah saatnya kita menata ulang sektor migas. Hanya dengan penguatan institusi, maka bisa mencegah para elit leluasa merampok kekayaan negara kita. Dengan begitu, kita bisa mewujudkan cita-cita sebagaimana termaktub dalam Undang-Undang Dasar 1945," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id