Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas, Faisal Basri -- ANTARA FOTO/Rosa Panggabean
Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas, Faisal Basri -- ANTARA FOTO/Rosa Panggabean

Faisal Basri: Peralihan ke RON 92 Siap dalam 2 Bulan!

Gabriela Jessica Restiana Sihite • 27 Desember 2014 16:58
medcom.id, Jakarta: Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas, Faisal Basri, mengatakan Pertamina siap memproduksi RON 92 dalam waktu dua bulan saja. Hal itu disampaikannya usai bertemu dengan Direktur Pengolahan PT Pertamina (Persero) Rachmad Hardadi beserta stafnya.
 
Ia menuturkan, timnya memberikan rekomendasi kepada Pertamina untuk mempersiapkan teknis pengalihan ke RON 92 selama lima bulan. Sementara itu, pemerintah memberikan waktu selama enam bulan. Namun, Faisal mengatakan Pertamina siap dalam waktu hanya dua bulan.
 
"Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) lebih mencengangkan, dua minggu mereka siap. Mereka siap dalam arti segalanya, sehingga tersedia RON 92 yang lebih banyak," ujar Faisal di Jakarta, Sabtu (27/12/2014).

Selama ini, kata Faisal, masyarakat seolah-olah dibuat agar beranggapan Pertamina tidak mampu memproduksi RON 92. Padahal, saat ini kilang Pertamina mampu memproduksi pertamax off, yakni pertamax dengan kadar aromatik yang tinggi. Kilang TPPI merupakan salah satu satu kilang yang mampu memiliki fasilitas aromatik yang mampu menghasilkan RON 92.
 
"Pertamina memang kelebihan nafta, jadi ekspor nafta ke luar negeri hingga 3,5 juta barel per bulan. Yang dipertanyakan, jangan-jangan nafta yang diekspor dicampur dengan minyak yang diimpor Indonesia di luar negeri. Jadi balik lagi," ucap Faisal.
 
Trading minyak mentah dan BBM inilah yang menurut Faisal menjadi akses mafia migas bermain. Para mafia, lanjut Faisal, lebih senang metode trading yang diterapkan selama ini karena proses pencampuran migas 92 ke atas dengan nafta yang dilakukan di luar negeri tidak diketahui secara transparan oleh publik.
 
Padahal, jika kilang Pertamina mampu dioperasikan secara maksimal, produksi pertamax off yang tadinya mencapai 197 ribu barel per bulan mampu ditingkatkan menjadi 5,3 juta barel per bulan. Hal itu diyakini Pertamina kepada Faisal.
 
Faisal mencontohkan kilang mini yang dimiliki oleh pengusaha Sandiago Uno, yaitu kilang milik PT Tri Wahana Universal di Bojonegoro, Jawa Tengah sulit untuk memproduksi BBM karena tidak memiliki minyak mentah (crude oil).
 
"Jadi ada situasi di negeri ini yang seperti ingin memecah belah. Inginnya banyak trading," lanjut Faisal.
 
Anggota Komite Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Ibrahim Hasyim menambahkan, Pertamina harus mensosialisasikan kepada masyarakat terkait kemampuan dan jumlah kilang yang dimilikinya. Menurutnya, yang terpenting dari pengalihan RON 88 ke RON 92 adalah adanya ketersediaan pasokan dan akses distribusi BBM.
 
"Kalau Pertamina bilang sanggup dalam waktu secepat itu, buktikan. Pertamina perlu menjelaskan kepada maayarakat," imbuh Ibrahim.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan