Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM IGN Wiratmaja Puja mengatakan, saat ini pemerintah sedang mengkaji skema pembangunan kilang mini tersebut. Apalagi terkait jumlah minyak yang akan diproduksi di wilayah kerja migas East Natuna yang mencapai 7.000 sampai 15.000 barel.
"Belum (ditawarkan). Dalam skemanya, karena jumlah minyaknya 7.000-15.000 barel, juga dalam skema itu sedang dikaji juga," kata Wirat di Kantor Kementerian ESDM, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Selasa (9/8/2016).
Dalam kajian itu, Wirat juga membicarakan opsi lain seperti pembangunan kilang yang akan tetap dilakukan tanpa menggandeng badan usaha. Hal itu akan diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM). Ditambah dengan Blok Tuna yang sudah selesai discovery dan bisa diproduksi.
"Bagaimana kalau langsung dibuat kilang mini, langsung di kilang nanti dipakai kebutuhan BBM di sekitar," ucap dia.
Sebelumnya juga telah disebutkan dalam pembangunan kilang mini di tengah laut dengan kapasitas 20.000 barel itu investasi yang dikeluarkan sebesar Rp250 miliar. Apabila terwujud, maka Indonesia menjadi negara pertama yang membangun kilang minyak mini di tengah laut.
"Investasi untuk pembangunan kilang minyak mini ini, pada awalnya akan ditawarkan kepada badan usaha. Apabila tidak ada yang berminat, maka pembangunan kilang akan menggunakan dana pemerintah," jelas dia.
Rencananya, kilang minyak mini akan dibangun di ujung Kepulauan Natuna. Selain agar dapat digunakan bersama-sama dengan blok migas lainnya, pembangunan kilang juga dilakukan demi kedaulatan negara.
(HUS)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News