Smelter PT CNI ini dapat mengolah nikel dengan kapasitas input bijih (ore) lima juta ton dan output dalam bentuk feronikel sebanyak 230 ribu ton dengan kadar nikel 22 persen hingga 24 persen per tahun, demikian data dari Kementerian ESDM yang diterima Antata di Jakarta, Minggu, 16 Juni 2019.
Smelter yang dibangun mengadopsi teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF). Kebutuhan listrik untuk operasional smelter diperkirakan mencapai 350 MW. Dalam sambutannya Arcandra menyebutkan bahwa sumber daya alam memegang peran penting dalam mendorong pembangunan nasional.
Meski begitu, ia menyatakan prinsip pemanfaatannya tetap berpedoman pada Pasal 33 UUD 1945, yakni dikuasai oleh negara dan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Interpretasi dari dikuasai oleh negara, lanjut Arcandra, adalah kekayaan alam dikelola oleh putra-puteri terbaik Indonesia, menggunakan teknologi yang dikembangkan bangsa Indonesia, pendanaan bersumber dari kemampuan dalam negeri, dan hasil pengelolaan dioptimalkan untuk kebutuhan di dalam negeri.
"Sesuai dengan amanat undang-undang, kita ingin agar nikel ini dapat kita olah di dalam negeri dan memperpanjang rantai pengolahannya sehingga bisa menghasilkan nilai tambah," kata Arcandra.
Pembangunan fasilitas smelter itu merupakan implementasi kebijakan peningkatan nilai tambah mineral di dalam negeri sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
Groundbreaking smelter ini juga menjadi komitmen pemerintah untuk terus mendorong pelaku usaha pertambangan dalam mendukung upaya percepatan hilirisasi di sektor pertambangan.
"Inilah yang kita inginkan agar bisa menghasilkan efek nilai tambah yang lebih besar dari sekedar menjual raw material," tutur Arcandra.
Smelter ini ditargetkan akan mulai beroperasi pada akhir 2021.
"Pembangunan infrastruktur utama dan pendukung smelter ferronikel ini ditargetkan selesai pada Desember 2021 dengan total nilai investasi sebesar Rp14,4 triliun," ujar Direktur Utama PT CNI Derian Sakmiwata pada kesempatan yang sama.
Pembangunan smelter ini akan terus diawasi oleh Kementerian ESDM dengan melakukan pengawasan kemajuan pembangunan secara berkala setiap enam bulan dan juga ketersediaan cadangan bijih nikel untuk operasional fasilitas pemurnian. Dengan dibangunnya fasilitas pemurnian di provinsi Sulawesi Tenggara ini, diharapkannya dapat menjadi roda penggerak ekonomi daerah khususnya di Kabupaten Kolaka dan sekitarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id