Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno mengatakan Pertamina selama ini memang sudah memiliki sumur minyak di luar negeri. Dia bilang kedepannya perusahaan minyak pelat merah tersebut akan segera ekspansi sumur migas lainnya di wilayah Afrika.
"(Alokasi) ini nantinya juga harus bisa tersampaikan bagaimana kita mengiptimalisasikan lahan-lahan itu untuk kita," kata Rini di kantor pusat Pertamina, Jakarta, Kamis, 29 Agustus 2019.
Rini pun berharap produksi minyak Pertamina yang dibawa ke dalam negeri jangan dicatat sebagai impor. Sebab kalau tetap dicatatkan sebagai impor maka akan tetap membuat defisit transaksi berjalan tetap membengkak.
"Kan minyak itu sebetulnya punya kita, yang kita harapkan memang kalau kita ambil minyak dari luar jangan dicatat sebagai impor tapi benar-benar dicatat sebagai milik Pertamina, jadi produk kita," tutur Rini.
Ditemui di tempat yang sama, Direktur Keuangan Pertamina Pahala N Mansyuri mengatakan dari sisi internal, Pertamina telah mengalokasikan 50 persen anggaran untuk hulu dari belanja modal yang telah disiapkan. Untuk tahun ini saja, anggaran belanja modal Pertamina dialokasikan sebesar USD8 miliar.
Pahala pun tidak bisa merinci berapa besaran anggaran yang dialokasikan untuk mengakuisisi blok minyak di luar negeri. Begitu juga dengan kucuran dana yang diberikan oleh pemerintah.
"Tapi berapa yang memang dialokasikan untuk akuisisi lahan di luar Indonesia belum ditentukan, struktur dan bagaimana anggaran yang nanti akan digunakan untuk akuisisi wilayah kerja di luar masih dibicarakan dengan pemerintah," kata Pahala.
Sebelumnya Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Suahasil Nazara menganalogikan bahwa kebijakan yang rencananya dilaksanakan pada 2020 ini merupakan strategi besar dalam rangka menekan impor. PMN sebesar Rp1 triliun untuk pengakuisisian aset blok minyak di luar negeri diarahkan untuk menekan impor migas.
"Kita memproyeksikan growth kita naik terus dan kebutuhan energi naik terus maka kita musti cari cara agar kebutuhan energi itu tidak menghantam kita sendiri dengan impor yang makin lama makin besar," tutur Suahasil.
Suahasil pun mengatakan rancangan pemerintah dalam rangka menekan impor bakal terus dimatangkan. Untuk diketahui, ada dua model akuisisi yang diajukan antara lain dengan mengakuisisi secara mayoritas perusahaan minyak multinasional yang sehat. Kedua, akusisi bisa dilakukan atas perusahaan minyak yang kurang sehat secara finansial tetapi masih memiliki cadangan minyak yang cukup banyak.
Terkait strategi investasinya, masih terdapat 4 opsi yakni menugaskan PT Pertamina (Persero), Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI), membentuk special mission vehicles (SMV) baru, atau membentuk badan layanan umum (BLU) baru dalam rangka mengakuisisi perusahaan minyak di luar negeri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News