Menurut Jonan, dengan beroperasinya PLTP Sarulla ini akan mendorong adanya kegiatan eksplorasi panas bumi yang lebih besar dan menyesuaikan dengan potensi energi di wilayah Sumatera Utara. PLTP Sarulla menjadi proyek pembangkit EBT yang paling efisien di Indonesia dengan pemilihan teknologi yang tepat.
"Saya terima kasih sekali ini, mendorong adanya eksplorasi panas bumi. Tapi kalau bisa 1.000 megawatt (mw), kita dorong. Apa yang bisa Pemerintah lakukan, kita akan dorong," kata Jonan saat melakukan kunjungan kerja ke PLTP Sarulla, seperti dikutip dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Sabtu 1 April 2017.
Kedepannya, PLTP Sarulla akan dikembangkan di dua lokasi, yaitu di proyek Silangkitang (SIL) dengan kapasitas pengembangan sebesar 1x110 mw (Unit 1) dan proyek Namora-I-Langit (NIL) dengan kapasitas pengembangan sebesar 2x110 mw (unit 2 dan 3).
PLTP Sarulla Unit 1 telah beroperasi (Commercial Operation Date/COD) pada 18 Maret 2017 lalu. Unit ke-2 PLTP Sarulla dijadwalkan COD pada 23 November 2017. Sementara untuk unit ke-3, ditargetkan COD pada 23 Mei 2018.
"Bila semuanya berjalan sesuai rencana, kapasitas pengembangan PLTP Sarulla (Unit 1, 2 dan 3) sebesar 3x110 mw," ucap Jonan.
Sekadar informasi, proyek PLTP Sarulla dikembangkan melalui skema Kontrak Operasi Bersama (KOB) antara PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) dengan Sarulla Operation Limited (SOL) sesuai amandemen kedua KOB dan Energy Sales Contract (ESC) yang ditandatangani pada 14 April 2013.
SOL merupakan konsorsium yang terdiri dari PT Medco Power Indonesia, Itochu Corporation (Jepang), Kyushu Electric Power Co., (Jepang) Inc, dan Ormat International, Inc (USA). Proyek dengan investasi sekitar USD1,6 miliar ini jadi bukti ketertarikan swasta berinvestasi di subsektor EBT.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News