Pejabat Sementara Operation Head of Terminal BBM Jayapura Muchtar Uswanas. Medcom/Desi A.
Pejabat Sementara Operation Head of Terminal BBM Jayapura Muchtar Uswanas. Medcom/Desi A.

BBM Satu Harga, Warga Adat Papua Mulai Membuka Diri

Desi Angriani • 15 Agustus 2018 20:03
Jayapura: Program Bahan Bakar Minyak (BBM) satu harga di Tanah Papua rupanya sempat mendapat penolakan dari warga adat. Mereka tak paham program tersebut dapat menurunkan ongkos logistik yang selama ini menjadi penyebab mahalnya harga bahan pokok.
 
Pejabat Sementara Operation Head of Terminal BBM Jayapura Muchtar Uswanas mengungkapkan sebelum program tersebut direalisasikan, PT Pertamina (Persero) sempat melakukan sosialisasi kepada warga adat yang berada di puncak. Namun, penjelasan detil dan teknis mengenai BBM satu harga ini tidak dipahami oleh mereka.
 
Salah satu jalan yang ditempuh Pertamina ialah dengan menyederhanakan pengertian BBM satu harga sebagai program bantuan minyak dari Presiden Joko Widodo. Tanpa pikir panjang, warga adat langsung mengapresiasi program itu.

"Awalnya BBM satu harga susah diterima tapi karena kita memberikan penjelasan panjang lebar kepada ketua adat. Tapi setelah kita bilang minyak Jokowi mereka langsung menerima," ujarnya saat ditemui di Kantor TBBM Jayapura, Papua, Rabu, 15 Agustus 2018.
 
Menurut Muchtar, sejak BBM satu harga diterapkan pada 2016 silam, warga Papua mulai merasakan penurunan harga sembako seiring penurunan ongkos logistik. Semula harga BBM jenis premium dijual Rp25 ribu hingga Rp55 ribu per liter. Bahkan pernah mencapai Rp150 ribu hingga Rp200 ribu per liter. Wajar jika harga barang pun dibanderol sangat tinggi. Untuk satu sak gula pasir di Puncak Jaya, misalnya, bisa dihargai sampai Rp1,45 juta dan harga satu sak tepung bisa mencapai sebesar Rp600 ribu.
 
Setidaknya kini sudah ada tiga wilayah distrik di kawasan Teluk Cenderawasih dan Pegunungan Tengah yang masuk program pelaksanaan pemberlakuan BBM satu harga di Provinsi Papua dan Papua Barat. Bahkan, satu dari tiga sasaran pelaksanaan BBM satu harga yakni Obano di Distrik Paniai Barat, Kabupaten Paniai sudah terealisasi.
 
"Saya pikir ini terobosan yang bagus karena belum semua masyarakat Papua memahami. Ongkos ke Wamena aja sampai Rp41 ribu," tuturnya.
 
Manajer Supply and Distribution Pertamina MOR VIII Solahudin menambahkan sudah kewajiban Pertamina untuk melaksanakan penugasan pada program BBM satu harga.
 
Demi membangun Papua, perusahaan pelat merah itu sudah menyiapkan ancang-ancang agar penyetaraan harga BBM tidak berdampak negatif terhadap kinerja keuangan. Salah satu solusi yang diterapkan ialah dengan melakukan subsidi silang melalui pemanfaatan kompensasi usaha-usaha milik Pertamina lainnya.
 
"Enggak bisa dibilang rugi karena ini penugasan dari pemerintah dan pemegang saham. Pertamina itu ada dua tupoksinya dikasih tugas buat cari profit dan ada satu lagi penugasan. Sebagai pejuang energi bagaimanapun caranya minyak ini harus sampai dan dirasakan dengan harga terjangkau bagi masyarakat terpencil," tegas dia.
 
Untuk diketahui, dalam roadmap BBM satu harga, pemerintah menargetkan pengoperasian 150 lembaga penyalur hingga 2019, masing-masing 54 titik pada 2017, sebanyak 50 titik 2018, dan 46 titik pada 2019. Estimasi penyaluran BBM di daerah-daerah target program BBM satu harga mencapai sekitar 215 ribu kiloliter (kl) pada 2017 dan menjadi 580 ribu kl pada 2019.
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan