Menurut Saleh, harus ada pengembangan energi baru untuk membuat harga energi di dalam negeri menjadi lebih murah, salah satunya adalah Thorium. Indonesia saat ini memiliki jumlah Thorium yang sangat melimpah dibandingkan jumlah batu bara yang semakin menipis, apalagi batu bara merupakan sumber daya alam yang tak dapat diperbaharui.
"Harus ada energi terbarukan, salah satu adalah kita mempunyai sumber bahan baku yang bisa dibuat untuk pembangkit listrik seperti Thorium. Menurut kajian PT Inuki (dahulu PT Batan Teknologi), untuk membangkitkan 1 gigawatt (gw) itu cukup dengan 1 ton Thorium atau setara dengan 3,5 juta ton batu bara," ujar Saleh, di Hotel Borobudur, Jalan Lapangan Banteng Selatan No 1, Jakarta Pusat, Selasa (14/4/2015).
Ia menambahkan, energi Thorium juga merupakan energi yang murah dan cukup banyak ditemukan di Bangka Belitung. Selain itu, jumlah energi ini lebih banyak dan lebih aman daripada uranium. Thorium dapat langsung diekstraksi dari tanah, dan jauh lebih aman terhadap lingkungan.
"Memang saat ini kami sedang menghitung biaya energi yang sebenarnya secara ekonomis dan miliki daya saing yang kuat. Melihat Thorium merupakan energi murah dan melimpah serta mudah, kita harus memaksimalkan energi ini agar daya saing industri kita semakin kuat," pungkas Saleh.
Mengutip laman situs thoriumpowerindonesia.com, thorium dapat digunakan sebagai pembangkit listrik tenaga nuklir di Indonesia. Hal ini karena keamanan dan ketersediaan bahan baku thorium lebih banyak ketimbang uranium.
Thorium dapat terbakar lebih lama dan suhu lebih tinggi untuk mendapatkan efisiensi lebih banyak dibanding bahan bakar konvensional lainnya. Dalam penggunaannya, tidak perlu mengemas limbah, dan secara signifikan mengurangi isotop radioaktif yang memiliki waktu paruh yang lama.
Thorium menghasilkan limbah 90 persen lebih sedikit dibanding uranium, dan hanya membutuhkan sekitar 200 tahun untuk menyimpan limbahnya. Berbeda jauh dengan uranium yang membutuhkan waktu 10.000 tahun untuk menyimpan limbahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News