Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution menyebut teknologi B100 membutuhkan dana yang tidak sedikit, termasuk pembangunan pabrik green diesel.
"Besar itu. Itu bisa kira-kira antara sekitar USD20 miliar," katanya di DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis, 29 Agustus 2019.
Darmin menjelaskan investasi tersebut akan berasal dari swasta yang bergerak di sektor minyak kelapa sawit atau perusahaan biofuel.
"Itu swasta, yang punya pabrik kelapa besar-besar itu, sehingga mereka yang harus ikut mempertahankan posisi kelapa sawit dong," tuturnya.
Selain berbiaya besar, penerapan B100 juga memerlukan proses pengujian yang panjang. Karena itu, pemerintah akan melakukan uji coba bahan bakar solar campuran minyak kelapa sawit 65 persen (B65).
"Begitu kita investasi mungkin maksimum tiga tahun B30 kita akan ke B65, habis itu B100," pungkas dia.
Pemerintah sebelumnya berhasil menerapkan B20 sejak 2016. Penggunaan biodiesel jenis B20 telah menurunkan impor solar sebesar 45 persen pada 2019.
Dari jumlah itu, pemerintah berhasil menghemat USD1,66 miliar atau setara Rp23,57 triliun. Sementara realisasi penggunaan B20 hingga Juli 2019 mencapai 97,5 persen. Hingga akhir tahun penggunaan B20 diproyeksi hingga 6,197 kiloliter.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News