Pertemuan ini seharusnya dilakukan hari ini, Rabu (10/12/2014). Namun diundur minggu depan karena tim sedang mengumpulkan daftar data-data yang ingin diminta kepada Petral.
"Sebelumnya memang mau undang Petral hari ini. Tapi hari ini Tim tidak lengkap karena tidak ada Faisal Basri dan daftar data yang mau diminta masih kurang. Jadi kita bertemu mereka Rabu depan di Kementerian ESDM," ujar Djoko Siswanto, salah satu anggota tim reformasi tata kelola migas di Kementerian ESDM Jakarta, Rabu (10/12/2014).
Djoko mengatakan, saat pertemuan nanti, timnya akan menanyakan penentuan harga kepada jajaran direksi Pertamina dan Petral.
"Ada beberapa perbedaan yang mau kita tahu. Perbedaannya soal impor dan harganya. Impornya seperti apa? Blendingnya dimana? Harga impornya berapa? Lalu diskon yang mereka dapatkan berapa? Semua itu belum dikonfirmasi dan harus kita ketahui," ucap Djoko.
Dia menambahkan, proses penetapan harga beli penting untuk diketahui. Karena dari situ akan diketahui berapa keuntungan yang didapatkan oleh Petral.
"Kami ingin tahu keuntungannya berapa? Selama ini negara hanya dapat untung 1,58 persen saja. Tapi kita tidak tahu dia dapat untung berapa persen dari sumber minyak," pungkasnya.
Selama ini pemerintah Indonesia membeli minyak melalui trader migas yakni melalui cucu usaha Pertamina Energy Servise (PES). PES adalah anak usaha Petral yang berkantor di Singapura.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News