Teknologi gasifikasi ini memungkinkan mengonversi batu bara muda menjadi syngas yang merupakan bahan baku untuk diproses lebih lanjut menjadi Dimethyl Ether (DME) sebagai bahan bakar, urea sebagai pupuk, dan polypropylene sebagai bahan baku plastik.
Bukit Asam pun berencana membangun pabrik pengolahan gasifikasi batu bara pada Bukit Asam Coal Based Industrial Estate (BACBIE) yang berada di mulut tambang batu bara Tanjung Enim, Sumatera Selatan untuk merealisasikan gasifikasi. BACIBIE akan berada pada satu lokasi yang sama dengan PLTU Mulut Tambang Sumsel 8.
Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin mengatakan pembangunan pabrik pengolahan gasifikasi batu bara rencananya akan mulai konstruksi pada awal 2019 dengan target mulai beroperasi pada November 2022.
"Kita harapkan ya komersialnya 2022, kalau konstruksi dalam setahun ini sedang kita persiapkan mungkin di akhir 2018, atau awal 2019," tutur Arviyan, saat ditemui di Hotel Grand Hyatt, Jakarta Pusat, Jumat, 8 Desember 2017.
Dengan adanya pabrik gasifikasi, dia mengharapkan, produksi dapat memenuhi kebutuhan pasar sebesar 500 ribu ton urea per tahun, 400 ribu ton DME per tahun, dan 450 ribu ton polyproylene per tahun.
"Dengan target pemenuhan kebutuhan sebesar itu, diperkirakan kebutuhan batu bara sebesar sembilan juta ton per tahun, termasuk untuk mendukung kebutuhan batu bara bagi pembangkit listriknya," jelas dia.
Pada akhirnya produk gasifikasi yang dihasilkan bisa lebih memberikan nilai tambah bagi banyak perusahaan. "Apa yang akan kita lakukan ini memberikan suatu nilai tambah. Artinya, produk yang akan diserap harus memberikan biaya yang lebih rendah," pungkas Arviyan Arifin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News