"Ketahanan stok BBM di atas delapan hari, elpiji 4,6 hari, dan Avtur 4,3 hari," kata Unit Manager Communication & CSR MOR V Rifky Rakhman Yusuf, kepada Medcom.id, di Jakarta, Jumat, 29 Mei 2018.
Untuk operasional suplai, Rifky menjelaskan, melalui kapal tanker menuju depot BBM dan elpiji di TBBM Sanggaran dan Manggis tetap berjalan normal sesuai perencanaan. Tidak ada fasilitas Pertamina yang terdampak oleh altivitas Gunung Agung tersebut.
"Kami juga sudah menyiapkan rute darurat untuk kendaraan pengangkut BBM dan elpiji apabila terjadi penutupan atau pengalihan rute di beberapa daerah yang masuk ke dalam wilayah Kawasan Rawan Bencana (KRB)," jelas dia.
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tidak menaikkan status Gunung Agung di Bali, dan tetap pada siaga level tiga. Adapun frekuensi dan amplitudi letusan Gunung Agung telah menurun drastis.
"Hingga saat ini aktivitas Gunung Agung masih berada dalam level tiga atau siaga," ujar Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Rudy Suhendar.
Selain itu, status tersebut menilik pantauan empat jam terakhir sejak erupsi pertama pada 27 Juni 2018, pukul 22.00 WITA, di mana amplitudo tidak ada peningkatan. Jika amplitudo besar, maka akan memicu semburan yang besar.
"Setelah pukul 01.00 WITA terjadi penurunan amplitudo hanya dalam skala 10 sampai sekarang," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News