Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan fokus utama pembangunan Indonesia dalam lima tahun ke depan ialah memperkuat sumber daya manusia (SDM), melanjutkan pembangunan infrastruktur, serta menyederhanakan regulasi dan reformasi birokrasi. Pengembangan infrastruktur akan dilanjutkan dan dihubungkan dengan aktivitas ekonomi komunitas dan industri.
"Kami juga ingin menyederhanakan regulasi dan mereformasi birokrasi supaya menaikkan competitiveness level Indonesia," kata Airlangga di Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Jakarta, Rabu, 6 November 2019.
Selain menanamkan modal, AS disebut berkepentingan menyelesaikan sejumlah hambatan perdagangan seperti persyaratan kandungan lokal minimum dan peraturan lain yang dianggap membatasi ruang gerak industri dan bisnis perusahaan AS.
"Kami sangat menghargai kunjungan Anda bersama para delegasi, karena hal ini sejalan dengan visi Presiden Jokowi untuk memperbesar (nilai) perdagangan dan investasi antara Indonesia dengan mitra dagang kami, salah satunya yaitu AS," ungkapnya.
Airlangga menambahkan momentum pertemuan dengan Menteri Perdagangan Amerika Serikat (AS) Wilbur Ross tersebut sekaligus menandai 70 tahun hubungan bilateral antara Indonesia dan AS.
"Saya harap kedua negara dapat menggunakan momentum ini untuk semakin memperkuat hubungan serta meningkatkan investasi dan perdagangan dua arah, melalui usaha yang berkelanjutan dan akan membawa keuntungan bagi masing-masing negara," tutur Ketum Golkar ini.
AS merupakan negara tujuan ekspor non migas terbesar bagi Indonesia. Data Kementerian Perdagangan 2018 menunjukkan AS sebagai mitra dagang terbesar ketiga bagi Indonesia dengan nilai perdagangan bilateral sebesar USD28,6 miliar, atau naik 10,42 persen dari periode sama tahun sebelumnya.
Nilai Investasi Langsung (Foreign Direct Investment/FDI) AS di Indonesia juga menyentuh angka USD1,217 juta dengan 572 proyek.
Sebaliknya, Indonesia merupakan negara tujuan investasi dari para pengusaha AS dalam sektor ekstraktif atau sumber daya mineral, serta menjadi pasar potensial bagi produk-produk AS lainnya.
"Maka itu, untuk memperluas perdagangan bilateral, kita harus fokus dalam kolaborasi membangun sebuah roadmap bernilai sekitar USD60 miliar untuk lima tahun ke depan dengan mengidentifikasi sektor-sektor tertentu, khususnya industri yang menyokong satu sama lain," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News