Dijelaskan Kurtubi, ada lahan kosong sekitar 30 ribu hektare (ha) di Cilacap yang bisa dimanfaatkan untuk membangun PLTN. Keberadaan PLTN dinilai sangat strategis untuk membantu sistem kelistrikan di Pulau Jawa.
Namun, Pulau Jawa termasuk daerah dengan beberapa titik rawan gempa, terutama di wilayah Pantau Utara. Sehingga mungkinkah pengembangan PLTN di sana?
"Saat ini teknologi nuklir sudah pada tingkat aman, meskipun dibangun di daerah yang rawan gempa," ujar Ketua Komite Kerja Sama Antar Lembaga dan Kementerian Persatuan Insinyur Indonesia, Purba Robert Mangapul Sianipar saat dihubungi Medcom.id, Rabu, 21 Agustus 2019.
Robert menuturkan Indonesia bisa belajar teknologi dari Jepang yang wilayahnya juga rawan gempa, tetapi bisa mengaplikasikan pembangkit nuklir. Selebihnya, pemerintah harus mengutamakan edukasi terhadap masyarakat.
"Masalahnya sekarang bukan pada teknis lagi, tetapi lebih kepada psikologis masyarakatnya. Untuk menangani ini pemerintah bisa kasih insentif kepada masyarakat," tambahnya.
Insentif yang dimaksud, misalnya, seperti pemberian jaminan kesehatan cuma-cuma selama seumur hidup di wilayah yang dibangun PLTN. "Pendekatan-pendekatan seperti ini saya rasa harus dilakukan karena Indonesia memang sudah harus punya PLTN," imbuhnya.
Senada dengan Robert, Pengamat energi Mamit Setiawan menilai energi nuklir lebih ramah lingkungan dibandingkan batu bara. Namun, dia menyarankan apabila nanti dikembangkan pembangkit tersebut, maka juga harus dibarengi studi bagaimana menangani reaktornya apabila sudah tidak terpakai. Sebab, kata dia, reaktor nuklir termasuk sulit diurai.
"Yang terpenting kita harus banyak belajar, terutama jika nantinya pembangkit sudah tidak terpakai lagi, itu reaktornya akan dikemanakan? Harus dilakukan studi juga apakah kita akan membuat tempat penyimpanan atau bagaimana cara mengurainya," kata dia.
Sebelumnya, Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Oesman Sapta Odang menyebutkan pembangunan Pembangkit Tenaga Nuklir (PLTN) merupakan langkah strategis nasional yang bisa didorong dalam mewujudkan kedaulatan energi di masa depan.
Dia menilai PLTN merupakan salah satu energi baru dan terbarukan yang bisa digunakan sebagai alternatif penggunaan energi selain energi fosil. Pembangunan PLTN diharapkan menjadi langkah strategis pemerintah untuk melakukan ekspor sumber daya alam dalam bentuk semi finishing product atau finishing product. Selain itu, energi yang dihasilkan dari PLTN juga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan energi di masa depan.
Ia memberi contoh keperluan listrik dalam pengembangan bauksit menjadi alumunium di Kalimantan. Menurutnya dibutuhkan energi yang sangat besar, stabil, murah, dan bebas polusi. Kebutuhan listrik tersebut dapat dipenuhi oleh pembangkit listrik tenaga nuklir.
"Hal tersebut hanya akan dapat dipenuhi jika kita membangun energi baru dan terbarukan melalui pembangkit tenaga nuklir dan mengakhiri secara bertahap penggunaan energi fosil," ucap dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News