Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan putusnya kerja sama tersebut membuat perseroan melanjutkan proyek kilang hijau secara mandiri. Bantuan teknologi masih berasal dari Universal Oil Products (UOP).
"Kita putus kerja sama ini dan langsung produksi sendiri dengan UOP sebagai pemilik teknologi," kata Nicke dalam rapat dengar pendapat di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu, 29 Januari 2020.
Nicke menjelaskan awalnya Pertamina bermitra dengan ENI demi memitigasi risiko teknis. Namun dalam perjalanannya terdapat penolakan terhadap minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) oleh Eropa. Padahal kilang hijau menggunakan bahan baku utama CPO.
"ENI kena pinalti dari negaranya karena masih gunakan CPO dari Indonesia untuk bangun green biodiesel di Milan," tutur dia.
Penolakan tersebut membuat ENI mundur karena ada keharusan untuk menerapkan sertifikasi yang diatur oleh dunia internasional. Sementara sebagian besar produsen CPO Indonesia belum menerapkan sertifikasi tersebut.
"Oke tadinya kita mau melakukan co-processing di Milan enggak jadi karena CPO kita ditolak. Akhirnya kita bangun saja di Plaju," tutur Nicke.
Namun ENI masih tetap mendapat teguran dari pemerintahnya meski semua produk dihasilkan dan digunakan di Indonesia.
"Karena mendapat pinalti jadi kita jalankan sendiri dengan standar Amerika Serikat," jelas Nicke.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News