Senior Vice President Integrated Suply Chain (ISC) Pertamina Daniel Purba mengatakan sebelumnya Tanjung Uban hanya memiliki fasilitas terminal BBM saja dengan kapasitas 60.000 kiloliter (kl). Lalu, pembangunan ini akan menambah empat tangki dengan kapasitas 50.000 kl dan dermaga dengan kapasitas 100.000 DWT. Fasilitas tersebut ditargetkan selesai pada Desember 2016 dan akan memiliki kapasitas 260.000 kl.
"Ada fasilitas blending yang dibangun untuk mendukung fasilitas blending ada empat tangki kecil 50 ribu kl dan 100 ribu DWT dermaga. Total blending aktivitas ada 260 ribu. Jadi kita akan punya kapasitas yang besarnya sama di Merak. Ini sedang work it," kata Daniel, di Kantor Pusat Pertamina, Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta, Rabu (21/9/2016).
Daniel menjelaskan, melalui fasilitas itu perseroan akan bisa mengolah dan membuat premium sendiri dan dapat mengurangi impor premium. Menurut perhitungannya, pengurangan impor premium bisa mencapai dua juta barel per bulan.
"Hitung-hitungan kita setiap bulan sampai dua juta per bulan. Mogas 88 atau premium. Dari pada impor mending olah sendiri," ujar dia.
Dalam pembangunan fasilitas tersebut, tutur Daniel, perseroan juga akan menghadapi beberapa risiko seperti risiko teknis, operasional, dan bisnis. Hal itu diungkapkannya lantaran posisi fasilitas blending ini jauh dari kilang dan ini merupakan kali pertama Pertamina memiliki fasiliitas blending jauh dari kilang.
"Untuk melakukan blending ada risiko bisnis, ada risiko teknis, risiko operasional. Kita belum pernah melakukan angkut (minyak mentah). Karena posisi blending ini beda dengan kilang," tutur dia.
Daniel menambahkan, tidak hanya premium yang akan diolah di sana, perseroan juga akan melihat pasar Indonesia apabila pengguna premium semakin hari semakin berkurang maka proses blending di fasilitas itu akan diubah menjadi blending BBM jenis lainnya seperti pertalite dan pertamax.
Bahkan, tak menutup kemungkinan, jika hasil olahan dari fasilitas tersebut dapat dipasarkan ke luar negeri untuk memenuhi pasar Asia Pasifik. "Sambil proyek finishing kita melakukan studi bagaimana me-maximize. Jangka panjangnya kita untuk melayani pasar yang ada di Asia Pasifik," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News