Pria yang kerap disapa Candra ini menjelaskan, sesuai dengan keputusan Presiden Joko Widodo, pengembangan blok yang berada di lepas pantai laut Arafuru tersebut tetap memakai mekanisme onshore. Ia menjelaskan, perbedaan onshore dan offshore blok Masela ada pada LNG plant-nya saja.
"Masela sudah diputuskan untuk menggunakan onshore, saya sebagai pembantu akan menjalankan amanat agar Masela dikembangkan dengan pilihan LNG plant ada di onshore," kata Candra, di Kantor Kementerian ESDM, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Jumat (29/7/2016).
Candra melanjutkan, baik pengembangan dilakukan di onshore atau offshore, bagian terbesar komponen pengerjaannya seperti sumur (well), pengeboran (drilling), dan processing facilities semuanya berada di laut lepas.
"Masela, saya kan orang offshore. Punya latar belakang offshore. Yang diputuskan adalah onshore. Lapangan Masela itu ada di offshore. Bagian terbesar komponen pengerjaannya ada di offshore, sumur di offshore, nge-drill juga di offshore, processing facility juga offshore," jelas dia.
Oleh karena itu secara tersirat, alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) ini menuturkan tidak akan mengutak-atik keputusan presiden.
Sekadar informasi, beberapa bulan lalu, penentuan offshore dan onshore blok Masela sempat menjadi polemik. Menteri ESDM sebelumnya, Sudirman Said dan mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Rizal Ramli selalu berselisih pendapat terkait dengan pengembangan blok tersebut.
Sudirman mengatakan, hitungan SKK Migas untuk membangun kilang laut lebih murah dibandingkan kilang darat. Kilang laut memerlukan biaya USD14,8 miliar dan kilang darat memerlukan biaya USD19,3 miliar. "Yang jelas, SKK Migas rekomendasi offshore. Saya percaya pada sistem yang dari SKK Migas," kata Sudirman.
Sementara itu, Rizal Ramli menuturkan, Blok Masela ini memiliki potensi kandungan gas mencapai 10,73 trillion cubic feet (TCF). Kandungan besar itu sangat tepat bila diolahnya menggunakan kilang darat.
Rizal menegaskan, apabila Blok Masela dibangun dengan skema pipanisasi akan jauh lebih murah. Bahkan, pembangunan ini akan bermanfaat bagi pengembangan wilayah Pulau Aru, Maluku, menciptakan lapangan pekerjaan, dan pemanfaatan konten lokal (local content). Selain itu, akan menciptakan industri downstream seperti pabrik pupuk dan petrochemical.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News