Hal tersebut seperti diutarakan oleh Menteri ESDM Sudirman Said, di Istana Negara, Jakarta, Jumat (15/5/2015). "Kami juga laporkan dalam tiga bulan saja (kepada Presiden Joko Widodo), Pertamina lewat ISC, setelah Petral tidak lagi single buyer, sudah ada penghematan USD22 juta," ungkap Sudirman.
Sudirman menambahkan, penghematan bisa terus dilakukan dan mungkin saja angkanya semakin membesar bila ISC memaksimalkan kinerjanya dengan baik, untuk menggantikan operasional Petral. Bahkan, investigasi menjadi wajar dlakukan agar transparansi bisa terus terjadi dan memberikan rasa percaya diri di mata masyarakat, termasuk investor.
"Kalau itu saja sudah (hemat) USD22 juta, bagaimana kalau setahun atau sekian tahun. Artinya, selama ini diskon yang diperoleh Petral 1 barel USD35. Sementara tahun lalu itu USD0,35," ungkap Sudirman.
Dengan dasar itu, dirinya kembali menegaskan bahwa investigasi memang harus segera dilakukan. Apalagi, Presiden Jokowi sudah memberikan instruksi agar investigasi memang dilakukan. Diharapkan, praktik tidak transparan yang merugikan negara bisa terkuak dan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab bisa ditindak tegas sesuai aturan yang berlaku.
"Maka, audit investigasi ini akan terus dilakukan. Petral (memang) harus diselidiki karena ada praktek tidak transparan. Sejak awal Presiden (Jokowi) sudah memberikan perhatian," pungkas Sudirman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News