"Rooftop mulai tahun ini dilelang," kata Maritje, saat media gathering di Kantor Kementerian EBTKE, Jalan Cikini Raya, Jakarta, Jumat (12/6/2015).
Maritje menjelaskan, saat ini pihaknya masih mengkaji tarif yang sesuai (fit in tarif) agar menambah minat investor untuk berinvestasi pembangunan ini.
"Agar investor tertarik, kita atur dan susun tarif untuk Rooftop. Akhir Juli sudah dikeluarkan. Sehingga siapapun yang berinvestasi jelas apakah bisa bermanfaat secara ekonomi," ujar dia.
Lebih lanjut, jelas dia, selain di kota-kota besar, pembangunan PLTS Rooftop juga bisa dilakukan pada rumah tangga dengan investasi biaya USD4 sampai USD5 per watt peak.
"Sekarang ini kan modul Surya semakin murah sekitar USD4-USD5 per watt peak, dulu USD8-USD9 per watt peak karena ada oversupply. Kapasitas tergantung efisiensi, modul sekarang efisiensi bisa sampai 20 persen," tambah dia.
Adapun untuk daya yang dihasilkan, Maritje menjelaskan, jika matahari mempunyai radiasi 4 kwh per meter square, lalu satu modul yang memiliki luas 60x100 cm memiliki kekuatan 200 watt serta efisiensi modul 20 persen, maka rata-rata matahari bersinar yaitu enam jam per hari bisa dihitung energinya. Sekadar informasi, energi sama dengan kKapasitas pembangkit dikali rata-rata matahari bersinar (equal sun hour) dikali efisiensi sistem.
"Radiasi 4 kwh per meter square. Satu modul 200 watt peak itu 60x100 cm nanti dikali 20 persen dikali enam jam dikali kwh," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id