Sumur Minyak di Blok Natuna (FOTO TERBIT/M IRFAN)
Sumur Minyak di Blok Natuna (FOTO TERBIT/M IRFAN)

Perlu Pembangkit Efisien Agar Natuna Segera Benderang

Ade Hapsari Lestarini • 08 Agustus 2016 12:53
medcom.id, Jakarta: Pemerintah melalui Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman mengajak investor untuk menanamkan modalnya di Kepulauan Natuna, Kepulauan Riau. Namun sayangnya, ajakan itu bisa jadi tak disambut kepercayaan investor lantaran Natuna saat ini masih minim infrastruktur, utamanya masalah kelistrikan.
 
Ekonom dan Peneliti Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmi Radhi mengemukakan dengan model wilayah kepulauan, masing-masing daerah punya potensi energi pembangkit yang berbeda-beda. Di Natuna, ada potensi gas besar yang bisa digunakan sebagai sumber pembangkit listrik.
 
"Agar maksimal, perlu dipilih teknologi pembangkit listrik yang tidak memerlukan pengerjaan lama. Salah satu caranya, bisa dibangun mini terminal LNG agar potensi besar gas bisa terserap dengan baik. Apalagi pemerintah sedang mengembangkan program tol laut dan sektor maritim," ujar Fahmi dalam siaran persnya di Jakarta, Senin (8/8/2016).

Model mini terminal LNG sangat cocok dikembangkan di Indonesia karena sesuai kondisi geografis negara kepulauan. Selain itu, ungkapnya, pengembangan mini terminal LNG juga tidak butuh waktu lama. Penggunaan gas juga akan menghemat keuangan negara.
 
"Selain mini terminal LNG, juga perlu fasilitas pembangkit terapung. Sebab fasilitas terapung dapat lebih menjamin dan menjaga kelangsungan suplai di saat gempa bumi/banjir sekali pun. Kerena dua hal ini juga merupakan kejadian alam yang cukup akrab dengan negara kita," tegas Fahmi.
 
Sementara itu, ekonom Enny Sri Hartati mengemukakan, Natuna punya cadangan gas berlimpah. Maka itu dia berharap agar pemerintah tidak lagi bergantung pada bahan bakar minyak dan menggantinya dengan gas sebagai sumber energi utama pembangkit listrik.
 
"Data menunjukkan, banyak potensi ekonomi yang bisa dikembangkan di Natuna. Di Natuna itu punya sumber daya komoditas strategis seperti perikanan, sehingga juga harus didukung oleh ketersediaan infrastruktur energi, dalam hal ini listrik," tutur Enny.
 
Menurut dia, jika pemerintah hendak mendorong investasi ke Natuna, sudah seharusnya infrastruktur untuk menunjang potensi gas yang besar disiapkan. Termasuk menyiapkan teknologi power plant yang paling efisien.
 
"Harus dipilih juga pembangkit listrik yang paling cepat dan efisien di sana, sekaligus mampu memanfaatkan potensi gas yang masih sangat besar," pungkas Enny.
 
Sebagai informasi, wilayah Natuna seperti memiliki cadangan gas alam berlimpah. Misal Blok Natuna D-Alpha yang menyimpan cadangan gas dengan volume 222 triliun kaki kubik (TCT). Cadangan itu tidak akan habis hingga 30 tahun mendatang.
 
Sementara itu, potensi gas yang recoverable di Natuna sebesar 46 triliun cubic feet (TCF) atau setara dengan 8,383 miliar barel minyak. Jika digabung dengan minyak bumi, terdapat sekitar 500 juta barel cadangan energi hanya di blok tersebut. Kekayaan gas Natuna diprediksi mencapai sebanyak Rp6.000 triliun atau tiga kali lipat APBN saat ini.
(HUS)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan