Dengan beroperasinya unit 9 dan 10, kontribusi PLTU Suralaya terhadap pasokan listrik wilayah Jawa dan Bali akan semakin tinggi.
"2023 sudah bisa beroperasi. Dengan adanya dua unit baru ini, PLTU akan bisa memikul beban lebih yang berat sekaligus lincah," kata Direktur Operasional I PT Indonesia Power M Hanafi Nur Rifai di PLTU Suralaya, Cilegon, Banten, Selasa, 24 September 2019.
Nantinya, PLTU Suralaya Unit 9 dan 10 memiliki kapasitas 2x1.000 megawatt. Dengan demikian, kapasitas PLTU Suralaya memiliki total kapasitas sebesar 5.400 megawatt. Adapun nilai investasi unit baru PLTU Suralaya tersebut ialah Rp30 triliun-Rp40 triliun.
Dengan semakin kuatnya pasokan listrik PLTU Suralaya ke wilayah Jawa dan Bali, diharapkan kejadian black out pada 4 Agustus 2019 tidak terulang kembali.
Hanafi menambahkan, PLTU Suralaya Unit 9 dan 10 mengusung teknologi baru, yakni ultra super critical, sehingga akan lebih efisien dan ramah lingkungan.
Selain itu, dua unit baru tersebut juga dilengkapi dengan flew gas desulfurization (FGD), yakni alat untuk mengurangi kadar emisi sulfur yang akan menciptakan efisiensi.
"Artinya kalau kita bicara misalnya 1 kilogram batu bara menghasilkan 1,5 kwh, dengan ultra super critic bisa 2 kwh atau 2,2 kwh. Itu bisa untuk mengurangi biaya pokok produksi," tambah Vice President Public Relations PLN Dwi Suryo Abdullah.
PT Indoraya Tenaga, anak usaha PT Indonesia Power, yang menggarap pengerjaan konstruksinya, menargetkan sudah bisa memulai pengerjaan konstruksi pada tahun depan.
Direktur Operasi PT Indo Raya Tenaga Yudianto Permono mengatakan sindikasi perbankan untuk pembiayaannya diharapkan sudah bisa rampung pada akhir tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News