Hal itu membuat banyak pertanyaaan apakah keberadaan Pertamina disana untuk dijadikan alternatif jika Inpex dan Shell Corporation Ltd mundur sebagai operator blok yang berada di lepas laut pantai Arafura tersebut. Menteri ESDM, Sudirman Said mengatakan, memang Pertamina diundang karena blok ini menyangkit migas. Dalam rapat itu juga perusahaan pelat merah itu ditanyai keterkatikannya untuk mengelola blok tersebut.
"Pertamina diundang karena menyangkut migas, jadi ditanya apakah tertarik untuk masuk dan mereka tertarik," ucap Sudirman usai menghadiri penandatanganan kontrak pengadaan barang dan jasa, Kementerian ESDM, di Balai Kartini, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Selasa (2/2/2016).
Sudirman menjelaskan, saat ini pemerintah sedang menyelesaikan satu per satu terkait soal masa berakhirnya kontrak Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) itu pada tahun 2028. Setelah itu, baru akan dibahas siapa yang mau mengambil alih blok tersebut.
"Jadi nanti kan kita selesaikan satu-satu soal existing KKKS yang udah Inpex begitu lama, kita selesaikan dulu," ujar dia.
Menurutnya, urusan Pertamina ini seharusnya tidak diambil pusing, lantaran perusahaan BUMN telah menyatakan minatnya untuk bisa mengelola.
"Mengenai Pertamina masuk apa tidak, yang penting kita urus lah, mereka kan sudah menyatakan minat tentu Pemerintah wajib menfasilitsasi pada waktunya," pungkas dia.
Sebagai informasi, Blok Masela merupakan salah satu Wilayah Kerja Migas yang terletak di Maluku Selatan. Saat ini, hak partisipasi blok tersebut dimiliki Inpex mencapai 65 persen dan Shell Corporation Ltd sebesar 35 persen.
Maret 2015 Inpex menemukan cadangan lebih besar di blok tersebut yakni sebesar 10,7 tcf. Cadangan yang besar ini tidak mungkin diproduksi dalam waktu 10 tahun.
Sedangkan, masa kontrak Inpex mengelola blok Masela ini hanya sampai 2028. Artinya perlu ada tambahan untuk waktu melakukan produksi pengelolaan yakni sekitar 20 tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News